Kabar sejumlah emiten mulai dari BBCA, GJTL, SIDO, BRPT, hingga MEDC menjadi sajian Bisnis Indonesia hari ini.

Pada 2021, emiten bersandi efek SIDO ini menargetkan pertumbuhan paling sedikit 10 persen baik pada penjualan dan laba bersih.

Siapa sangka, pada 2020, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. justru mencetak margin laba bersih tertinggi sejak 2015. Mesin pertumbuhan pun terus dipacu agar kinerja…

Mayoritas analis merekomendasikan beli untuk saham emiten tersebut setelah cemerlangnya kinerja keuangan tahun penuh 2020.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke entitas induk mencapai Rp934 miliar naik 16 persen daripada 2019 yang hanya Rp807,6 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan tahun penuh 2020, kinerja keuangan perseroan pada 2020 tercatat penjualan bersih tumbuh 9 persen menjadi Rp3,3 triliun.

Dalam laporan keuangan 2020 yang dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia, manajemen SIDO melaporkan penjualan senilai Rp3,33 triliun. Nilai itu meningkat 8,74 persen year…

Chairman dan Managing Partner Affinity Equity Partners Young-Taeg Park mengatakan pihaknya akan membantu emiten bersandi saham SIDO ini memperkuat pasarnya di kawasan Asia…

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. resmi kedatangan investor baru Affinity Equity Partners yang memborong 21% saham lewat transaksi jumbo senilai Rp4,5 triliun.

Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat membenarkan adanya transaksi crossing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (3/2/2021). Dia menyebut pembelian saham SIDO dilakukan…

Investor asing memborong saham SIDO hingga Rp4,54 triliun dan terjadi transaksi crossing di pasar negosiasi.

Tingginya net buy investor asing disebabkan adanya crossing saham PT Sido Muncul Tbk. (SIDO) dari investor domestik ke investor asing senilai Rp4,54 triliun.

Tahun ini, Sido Muncul berencana menambah fasilitas produksi proses distilasi di unit ekstraksi dan juga sebagian dialokasikan untuk belanja modal rutin.

Industri jamu diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pesat yang dipicu oleh pandemi Covid-19.

Price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV) saham-saham farmasi dinilainya sudah sangat melambung di luar batas wajar.