Bea Cukai Malang menggandeng Pemkab Malang melalukan operasi Sergap Rokok Ilegal untuk memberantas peredaran rokok tersebut.

Produsen rokok memberikan empat usulan kepada pemerintah usai cukai pada 2025 tak jadi naik.

Kemasan memiliki peran penting dalam memberikan informasi dan identitas produk.

Sebanyak 66.256 batang rokok ilegal itu merupakan hasil penindakan selama delapan bulan.

Produsen rokok mengkritik wacana aturan kemasan polos tanpa merek yang sedang digodok pemerintah.

Kapal motor bernama KM TINKA AZARA berbobot 89 GT diamankan di Perairan Aceh pada 27 Mei 2024 lantaran membawa ribuan karton rokok yang tak dilekati pita cukai.

Dari hasil penindakan, total rokok ilegal sebanyak 85.812 batang, dengan perkiraan nilai barang mencapai Rp64.034.952.

Peredaran rokok ilegal ini tidak hanya merugikan negara dari segi penerimaan pajak, tetapi juga dapat merugikan konsumen.

Kabupaten Cirebon memiliki posisi strategis di jalur pantura, sehingga menjadi titik transit yang ideal bagi para penyelundup untuk mengalirkan rokok ilegal.

Sepanjang 2024 sudah merampas sekira 11 juta batang rokok ilegal senilai Rp8 miliar yang didapatkan di wilayah Ciayumajakuning.

Bea Cukai Malang melakukan kegiatan rutin patroli darat dengan melakukan pemeriksaan pada jasa ekspedisi yang berada di wilayah Kota Malang.

Masih terus maraknya rokok ilegal mengindikasikan bahwa penindakan pada lini distribusi masih belum memberikan efek jera bagi produsennya.

Pendistribusian rokok ilegal lewat perusahaan jasa titipan terus berulang di Malang.

Aturan larangan penjualan rokok eceran yang tertuang dalam PP No.28/2024 dinilai bakal menguntungkan para pelaku rokok ilegal.

Pelaku industri rokok menilai rencana pemerintah simplifikasi struktur tarif cukai berisiko menambah beban produsen dan meningkatkan rokok ilegal.