Setiap satelit telekomunikasi selalu membutuhkan stasiun bumi (VSAT), perangkat ini membutuhkan aliran listrik yang minim jaringan di daerah 3T.

Kini, Indonesia memiliki 7 satelit yang tengah mengorbit di udara. Apa saja?

Bakti telah melakukan uji coba pemanfaatan Starlink untuk daerah 3T, dengan hasil yang belum dapat diberitahu.

Pemerintah tengah mencari pinjaman empat negara untuk membangun satelit Satria-2. Inggris, China, Perancis dan AS dikabarkan minat terlibat.

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) mematangkan pengadaan Satelit Satria-2 untuk memangkas kesejangan digital di daerah.

Papua Pegunungan membutuhkan lebih banyak kapasitas internet seiring dengan adopsi digital yang berkembang di daerah tersebut. Satria-1 butuh dukungan.

Bakti melakukan perhitungan secara matang untuk menghadirkan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) atau alat penangkap sinyal Satelit Satria di 37.000 titik.

Satelit Satria-1 belum bisa melayani seluruh titik di Indonesia, masih dibutuhkan infrastruktur lainnya untuk meningkatkan kecepatan internet.

Bakti mengungkapkan layanan internet Satria-1 sebentar lagi siap menyuntikan internet. Namun, tersisa satu masalah yang harus diselesaikan bersama.

Harga layanan satelit Satria mencapai Rp2,5 juta per bulan untuk kecepatan sebesar 3-20 Mbps/titik. Menyasar sektor kesehatan dan pendidikan.

Bakti melaporkan Satelit Multifungsi Satria-1 telah sampai di orbit 146 Bujur Timur (BT) dan tengah melakukan serangkaian uji coba sebelum beroperasi penuh.

Bakti akan mengevaluasi proyek Satelit Satria-2 dan Palapa Ring Integrasi agar berjalan sesuai dengan peraturan.

Pemerintah diminta untuk mengevaluasi pengadaan satelit Satria-2, seiring dengan nilai satelit yang dianggap terlalu mahal.

Berikut profil proyek Hot Backup Satellite (HBS) senilai Rp5,2 triliun yang dicoret Kemenkominfo dan meminta Konsorsium Nusantara Jaya mengembalikan investasi.

Bakti Kemenkominfo coret proyek Hot Backup Satellite yang merupakan satelit cadangan dari SATRIA-1 senilai Rp5,2 triliun.