Harga mobil listrik yang beredar di Indonesia ternyata mayoritas masih lebih mahal dibandingkan Thailand, mengapa?

Kemenperin belum merespon lebih jauh terkait wacana pembatasan mobil BBM, padahal industri otomotif nasional saat ini didominasi mobil konvensional.

Pemerintah mengklaim telah memangkas 42 persen harga jual mobil listrik lewat berbagai insentif. Berbanding Thailand, populasi mobil listrik masih terpaut jauh.

Hingga Mei 2023, penjualan mobil listrik di pasar domestik tercatat naik ribuan persen. Tetapi volume itu masih kalah jauh dari Thailand.

Penjualan mobil listrik Januari hingga Mei tahun ini melonjak drastis dibandingkan periode sama tahun lalu.

Peluncuran duo mobil listrik Mercy ini merupakan gebrakan perdana di bawah Indomobil Group.

Pemerintah telah mengobral insentif bagi mobil listrik hingga mencapai 42 persen dari harga jual.

Pemerintah bakal mempersulit peredaran mobil konvensional berbahan bakar fosil, alasannya agar masyarakat beralih kepada battery electric vehicles atau BEV.

Pabrikan asal Jepang bahkan kalah dari Volkswagen yang berada di posisi lima besar, padahal VW sempat terkena skandal tes emisi palsu.

Pemerintah kembali memberikan insentif berupa pembebasan PKB dan BBNKB untuk pembelian mobil listrik. Hingga kini, Wuling dan Hyundai belum menyesuaikan harga.

Pemerintah telah memberikan insentif tarif PPN hingga membebaskan PKB dan BBNKB bagi mobil listrik. Harusnya, harga jual mobil listrik jauh lebih terjangkau.

Berdasarkan regulasi, ketika terdapat realisasi investasi terkait ekosistem BEV dengan nilai tertentu, maka tarif PPnBM mobil hybrid bakal dikerek.

Kehadiran BEV buatan lokal mengancam insentif mobil listrik hybrid.

Produksi lokal mobil listrik Wuling dan Hyundai belum bisa menutup kebutuhan pasar.

Konsumen dinilai masih ragu memilih mobil listrik sebagai kendaraan utama lantaran harga yang masih mahal dan pasokan kurang banyak.