Bisnis, JAKARTA — Pemulihan ekonomi nasional dan daya beli masyarakat yang mulai bergerak kembali normal diyakini bakal menopang kelanjutan pertumbuhan sejumlah bank pembangunan…

Pasar properti hunian premium di Indonesia rupanya menggiurkan bagi para investor tajir asing jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Asia Pasifik.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) hingga PT Bank DKI mencatatkan kinerja laba yang moncer sepanjang 2022.

BPD diberikan tenggat waktu sampai akhir tahun 2024 untuk memenuhi modal inti Rp3 triliun.

Penerapan QRIS sangat baik karena akan memudahkan nasabah Bank Sultra dalam melakukan bertransaksi keuangan secara digital.

Bank BJB (BJBR) akan menerbitkan saham baru atau rights issue setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham melalui RUPST yang digelar pada 4 April 2023.

Laba Bank BJB (BJBR) ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan menyusutnya kerugian dari penurunan nilai aset keuangan.

Laba Bank Sumut didorong oleh penyusutan beban bunga, sehingga mendorong pendapatan bunga bersih perusahaan.

Laba Bank DKI ditopang oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp2,93 triliun, naik 8,92 persen yoy.

Margin bunga bersih atau NIM Bank Pembangunan Daerah (BPD) ternyata kalahkan bank-bank besar di Indonesia.

Laba bersih Bank Nagari sebesar Rp481,18 miliar itu menunjukan pertumbuhan sebesar Rp72,47 miliar atau 17,73 persen dibandingkan tahun 2021

Tahun depan, tepatnya 31 Desember 2024, gilirannya kelompok bank milik pemerintah daerah alias Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang harus memenuhi modal inti mini

Aset Bank Sumut tercatat menjadi Rp40,6 triliun hingga Desember 2022, dibandingkan dengan Desember 2021 sebesar Rp38,01 triliun.

BPD mencatatkan marjin bunga bersih atau NIM yang lebih tinggi dibandingkan bank umum lainnya. Faktor penyebabnya adalah ekosistem yang sudah terbentuk.

Meski dipandang dapat menjadi jalan keluar, tidak semua BPD dapat memenuhi persyaratan untuk melakukan IPO.