Destry dalam fit & proper test menyampaikan sejumlah fokus kebijakan yang harus didorong oleh bank sentral dalam menghadapi ketidakpastian global.

Gubernur Bank Indonesia (BI) menuturkan digitalisasi dapat membawa kemajuan ekonomi nasional meloncat tinggi.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi 2023 sudah diprediksi oleh sejumlah lembaga. Indef mengalkulasi output Indonesia tumbuh sekitar 4,9% pada 2023.

Masyarakat Indonesia boleh berbangga karena bauran kebijakan fiskal dan moneter mampu diterapkan dengan presisi yang baik.

Bank Indonesia menyatakan akan tetap berfokus pada upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan domestik.

Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia masih menghadapi tiga tantangan besar.

Harapan Rupiah untuk bergerak menguat tampak lapang, berkat kebijakan The Fed yang menahan suku bunga dan dorongan sentimen kemenangan Prabowo-Gibran.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada Februari 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor, atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan menjadi 6 persen guna menjauhi ketetapan The Fed.

Apabila BI menurunkan suku bunga pada Desember 2023, akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang melakukan pelonggaran moneter.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan anggaran BI 2024 diproyeksi defisit Rp29,29 triliun. Ternyata ini penyebabnya.

Respons pengusaha terhadap rencana BI meluncurkan dua instrumen baru yaitu Sekuritas Valas BI (SVBI) dan Sukuk Valas BI (SUVBI)

Zimbabwe tidak lagi mencatatkan suku bunga tertinggi di dunia, karena kebijakannya berhasil menurunkan suku bunga ke 130%.

Bank Indonesia diperkirakan masih akan kembali menaikkan suku bunga acuannya (BI7DRR) ke level 6,25% pada tahun ini.

Kenaikan suku bunga BI ke 6% memang tidak menjadi kabar baik bagi kalangan pengusaha, tetapi mereka mendukung kebijakan itu demi prospek bisnis dan ekonomi.