PMI Manufaktur Indonesia menguat ke level 51,7 atau meningkat 0,2 poin dari Oktober 2023 yang berada di posisi 51,5.

Sektor industri dituntut untuk mengadopsi berbagai standardisasi serta teknologi industri hijau.

Kinerja saham emiten kendaraan listrik hingga efek natal dan tahun baru pada sektor manufaktur

Libur Nataru dianggap sebagai pemicu konsumsi masyarakat, permintaan produk manufaktur pun bakal terungkit.

Pelaku usaha pada 12 sektor industri mencatatkan peningkatan keyakinan pada November.

Kadin memproyeksi kinerja industri manufaktur menguat pada 2024, didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi masih positif dikisaran 5%.

Penggunaan Sistem Nasional Neraca Komoditas atau Sinas-NK yang menghambat aktivitas importir lantaran proses perizinan yang semakin berbelit.

Serapan gas murah atau HGBT untuk industri masih belum optimal, dikarenakan pelaku usaha menghadapi kendala akses dan alokasi.

Pertumbuhan kinerja industri kaca tahun ini diproyeksi mengalami perlambatan seiring lesunya permintaan sektor properti dan otomotif.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai pemerintah perlu memberikan stimulasi konsumsi dalam negeri untuk meningkatkan geliat produksi sektor manufaktur.

Penurunan impor bahan baku memberikan sinyal kelesuan industri manufaktur hingga akhir tahun. Namun bisa juga sebaliknya, banyak bahan baku telah dilokalisasi.

Impor bahan baku/penolong tercatat senilai US$13,44 miliar pada Oktober 2023, lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu.

Apindo berharap proses pemilu hingga transisi pemerintahan pada 2024 mendatang tak membebani industri manufaktur.

Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) memproyeksi pertumbuhan produksi baja ringan pada tahun 2024 terungkit hilirisasi industri.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat kinerja industri logam, mesin, alat transportasi dan elekronik tumbuh dobel digit pada kuartal III/2023.