Diversifikasi emiten batu bara seperti ADRO, INDY, hingga HRUM dinilai sebagai strategi cerdas menghadapi dinamika pasar.

Deretan bos emiten yang tercatat di BEI ramai-ramai tancap gas borong saham pada awal Juli 2024.

Bos Harum Energy diam-diam belanja ratusan lembar saham HRUM dalam dua sesi perdagangan.

Harum Energy (HRUM) menargetkan produksi batu bara mencapai 6,1 juta ton di tahun 2024.

Analis melihat terdapat beberapa saham yang menarik untuk dicermati pada indeks sektoral energi yang telah menguat 9,79% sejak awal tahun 2024.

Sejumlah saham emiten nikel seperti ANTM, INCO, NCKL, MBMA, HRUM kompak menguat di tengah pelemahan IHSG.

Kepemilikan BlackRock di deretan saham batu bara kakap PTBA, ADRO cs terpantau menyusut pada April 2024.

Ada yang memangkas dan mengakumulasi saham Harum Energy (HRUM) ketika perusahaan tambang batu bara itu bergerak memperkuat bisnis nikel.

PT Harum Energy Tbk. (HRUM) melakukan perjanjian kredit senilai US$620 juta atau sekitar Rp9,84 triliun untuk bisnis nikel.

PT Harum Energy Tbk. (HRUM) melakukan kerja sama strategis dalam pengembangan bisnis nikel bersama Eternal Tshinghan Group (ET).

Harum Energy (HRUM) mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,33 triliun sepanjang 2023, capaian tersebut anjlok 49,94% secara year on year.

Harum Energy (HRUM) milik taipan Kiki Barki kian agresif untuk melebarkan ekspansinya ke bisnis nikel dari bisnis utamanya saat ini yakni batu bara.

Emiten nikel berlomba-lomba menggenjot produksi meskipun harga nikel pada 2024 diprediksi melandai.

Emiten batu bara Indika Energy (INDY), Bukit Asam (PTBA), Harum Energy (HRUM) dan Adaro Energy (ADRO) masih menarik minat investor kakap seperti Blackrock.

Kiki Barki mendirikan Harum Energy pada 1995 dan berhasil membawa perusahaannya listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2010.