Emiten minimarket Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) menyiapkan strategi mendongkrak kinerja bisnis di tengah tren deflasi 5 bulan beruntun.
Sinyal tekanan ekonomi seperti deflasi beruntun, fenomena makan tabungan, hingga jumlah kelas menengah turun membayangi masa awal pemerintahan Prabowo.
Peluang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) kembali menguat setelah data inflasi menunjukkan Indonesia mengalami deflasi 5 bulan berturut-turut.
Berlanjutnya tren deflasi dalam 5 bulan beruntun yang mengindikasikan lemahnya daya beli masyarakat diperkirakan menjadi sentimen negatif bagi sejumlah saham.
Stok melimpah cabai rawit dan cabai merah akibat dalam masa panen tersebut pada akhirnya mendorong penurunan harga yang cukup signifikan pada September.
Deflasi 5 bulan terakhir diyakini terjadi karena turunnya pendapatan dan daya beli masyarakat. Namun, BPS menilai ada faktor turunnya harga pangan di sana.
Deflasi lima bulan berurut-urut menjadi anomali di tengah pertumbuhan ekonomi yang terjaga 5%. Ada indikasi pelemahan daya beli, terutama di kelas menengah.
Deflasi beruntun, maupun stabilnya harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah dinilai akan menjadi pertimbangan Bank Indonesia untuk menurunkan BI rate.
Deflasi lima bulan secara berturut-turut terjadi pada September 2024. Dalam sejarahnya, deflasi beruntun di Indonesia beriringan dengan tekanan ekonomi.
Secara historis, deflasi September 2024 merupakan deflasi terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam lima tahun terakhir dengan tingkat deflasi sebesar 0,12%.