Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif namun akan ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan hari ini, Jumat (6/9/2024).

Suku bunga The Fed diprediksi turun pada bulan ini, yang diharapkan diikuti oleh BI Rate. Perbankan pun menakar penyesuaian seiring dengan perkiraan tersebut.

Proyeksi penurunan suku bunga tersebut karena bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed juga diprediksi akan menurunkan suku bunga mulai September ini.

IHSG naik menuju level 7.697,28 pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, Kamis (5/9/2024). Saham BBRI, BREN hingga AMMN terpantau paling laris siang ini.

Nasib kelas menengah menjadi salah satu berita pilihan redaksi yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi hari ini.

Direktur Keuangan BNI Novita Anggraini mengatakan ada sejumlah pertimbangan dalam penentuan suku bunga kredit, termasuk daya saing produk dan layanan di pasar.

Penurunan suku bunga acuan dinilai dapat memberi ruang perbaikan bagi kinerja bisnis BRI (BBRI).

BCA (BBCA) memproyeksikan Bank Indonesia bakal memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) pada kuartal IV/2024.

The Fed memberikan sinyal kuat untuk pemangkasan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) pada September 2024. Akankah BI mengikuti langkah itu?

Suku bunga kredit baru di bank pelat merah atau BUMN pun mengalami kenaikan dari 8,5% ke 8,53%, atau kenaikan paling rendah dibandingkan kategori lainnya.

Potensi tersebut muncul seiring dengan arah kebijakan Bank Indonesia menurunkan BI Rate pada kuartal IV/2024 dan tahun depan.

Simak proyeksi kinerja perbankan Indonesia hingga akhir tahun di tengah tren suku bunga acuan yang tetap pada level 6,25%.

Bank Indonesia (BI) memberi petunjuk bahwa penurunan suku bunga berpeluang terjadi pada kuartal IV/2024, juga adanya prospek rupiah untuk terus menguat.

Sejumlah analis memberikan rekomendasi terhadap saham-saham seperti BBCA, UNTR, hingga GOTO di tengah suku bunga BI yang tidak berubah.

Ekspektasi penurunan suku bunga acuan The Fed semakin menguat dan akan diikuti oleh penurunan BI Rate. Bagaimana dampaknya ke prospek pasar obligasi Indonesia?