Prospek saham PT Timah Tbk. (TINS) diramal moncer pada paruh kedua tahun ini seiring melonjaknya harga jual rata-rata komoditas timah.

IHSG kembali mengukir rekor tertinggi sepanjang masa setelah ditutup menguat 0,76% atau 58,64 poin ke level 7.761,38 pada Selasa (10/9/2024).

Niai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif namun akan ditutup menguat di rentang Rp15.440—15.550 pada perdagangan Selasa (10/9/2024).

Rupiah dibuka melemah tipis ke level Rp15.455 pada perdagangan hari ini, Selasa (10/9/2024). Pada saat yang sama dolar AS terpantau menguat.

DSSA makin serius menjajaki bisnis setrum panas bumi. Emiten Grup Sinar Mas itu membidik dua blok panas bumi hasil goverment drilling di Cisolok & Nage.

PT Timah Tbk. (TINS) menegaskan produksi bijih timah akhir 2024 bakal lebih tinggi sekitar 40% sampai dengan 50% dari perolehan sepanjang 2023.

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.456 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sore ini, Senin (9/9/2024).

Nama-nama pemodal berikut berbalik arah mengakumulasi Merdekaa Copper (MDKA) di awal September 2024.

Prajogo Pangestu memulai memanen saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. alias CUAN setelah harganya melonjak ribuan persen sejak IPO.

Skandal dugaan gratifikasi IPO di pasar modal telah membuat Bursa Efek Indonesia atau BEI mulai berbenah dan OJK turun tangan dalam penyelidikan.

OJK menegaskan tidak ada moratorium terkait dengan pemberian izin IPO di tengah skandal gratifikasi yang melibatkan lima bekas karyawan BEI.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp135,25 triliun sampai Agustus 2024.

OJK menjatuhkan sanksi administratif kepada manajer investasi, perusahaan efek, serta emiten pada Agustus 2024.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis IHSG bakal melanjutkan tren kenaikan sampai akhir 2024 sejalan dengan sentimen positif dari sisi eksternal dan domestik.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyelidiki lebih lanjut keterlibatan staf hingga pejabat lainnya di BEI dan OJK ihwal kasus gratifikasi IPO.

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) mengalokasikan belanja modal (capex) untuk keperluan merger & akuisisi sebesar US$300 juta atau sekitar Rp4,61 triliun.