IHSG ditutup melemah sebesar 0,38% atau 26,98 poin menuju 7.134,27 pada hari ini, Senin (18/11/2024).

Sentimen domestik seperti program makan bergizi gratis hingga perombakan pengurus berpotensi menjadi bantalan saham BUMN yang sedang diterpa aksi jual asing.

Emiten BUMN Karya, WIKA mengagendakan RUPO dan RUPSU dengan nilai pokok mencapai Rp7,98 triliun pada Desember 2024.

IHSG diproyeksi masih berada di zona merah pada perdagangan hari ini, Senin (18/11/2024). Cek rekomendasi saham dari sejumlah analis.

Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) memerah seiring aksi perseroan yang melakukan penjualan saham Smartfren (FREN) senilai Rp562,15 miliar.

IHSG diproyeksikan berisiko melemah pada perdagangan hari ini dengan saham yang dapat dicermati antara lain JPFA, TINS, ADRO, MAIN, MTEL dan ISAT.

Meski terkoreksi hingga 11,58% sepanjang tahun berjalan, indeks saham BUMN pilihan alias IDXBUMN20 diyakini masih memiliki daya magis untuk kembali unjuk gigi.

Sejumlah emiten BUMN bakal turut kecipratan sentimen program Makan Bergizi Gratis yang digagas Presiden Prabowo Subianto.

Pemerintah makin mematangkan rencana merger tujuh BUMN karya menjadi tiga entitas induk sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan konstruksi pelat merah.

BBRI tercatat sebagai saham yang paling banyak dilego asing selama 10 hari terakhir dengan nilai mencapai Rp3 triliun, sedangkan BMRI tembus Rp1,6 triliun.

Konsolidasi 7 BUMN Karya menjadi 3 entitas dinilai berperan penting dalam mendukung target hilirisasi hingga swasembada pangan dan energi.

Bursa Efek Indonesia mencatat IDXBUMN20 mengalami penurunan sebesar 11,58% sepanjang tahun berjalan menuju level 368,12 hingga perdagangan pekan lalu.

DSSA menjual saham FREN senilai Rp562,15 miliar kepada PT Bali Media Telekomunikasi.

Harga emas Antam pada perdagangan hari ini tidak mengalami perubahan dari hari sebelumnya dengan harga termurah mencapai Rp784.000.

Merger BUMN Karya kian terang setelah Menteri PU dan Erick Thohir duduk bersama. Skema inbreng saham dipilih dengan dimulai dari yang punya aset terbesar.

Semarak penerbitan obligasi korporasi diperkirakan terus berlanjut seiring dengan proyeksi penurunan suku bunga yang lebih rendah.