Pemerintah sempat memberi sinyal pembatasan kriteria penerima BBM Pertalite dan Solar subsidi dilakukan mulai 1 Oktober 2024. Lalu, bagaimana perkembangannya?

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberi sinyal tak lama lagi kriteria penerima BBM Pertalite dan Solar subsidi akan diperketat.

Pemerintah mengurangi kuota volume bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.

Aturan BBM subsidi dibatasi per 17 Agustus 2024 masih dalam tahap pembahasan.

Komisi VII DPR RI menyepakati usulan subsidi solar ditetapkan di rentang Rp1.000 per liter sampai dengan Rp3.000 per liter pada RAPBN 2025.

Komisi VII DPR RI dan Menteri ESDM Arifin Tasrif telah menyepakati asumsi dasar sektor ESDM untuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025

Antrean kendaraan di SPBU membuat kemacetan jalan di sekitar lokasi.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengusulkan agar subsidi solar dinaikkan hingga Rp3.000 per liter pada 2025.

BPH Migas memproyeksikan kuota bahan bakar minyak (BBM) subsidi Solar dan Pertalite bakal meningkat signifikan pada 2025.

BPH Migas memproyeksikan serapan BBM Pertalite hingga akhir 2024 sesuai dengan kuota yang telah dialokasikan pemerintah awal tahun ini.

BPH Migas melaporkan penyaluran BBM jenis Pertalite dan Solar subsidi per April 2024 telah menembus 30% dari total kuota yang ditetapkan tahun ini.

Mentan Amran mempermudah petani membeli solar subsidi usai berbicara dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019 Susi Pudjiastuti menganggap kebijakan solar subsidi perlu dievaluasi.

Seharusnya solar subsidi tidak boleh digunakan di proyek besar karena program solar subsidi bukan untuk mensubsidi proyek besar yang sedang berjalan.

Beberapa konsumen yang ditemui di SPBU, mengatakan dengan adanya program subsidi tepat seperti ini justru memudahkan.

Konsumen yang sudah mendaftar, khusus kendaraan pribadi dilayani 60 liter/hari/kendaraan.