Lesunya permintaan dari China, konsumen terbesar dunia, tetap akan menjadi pemberat pasar minyak pada 2025.

OPEC kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk 2024 dan 2025 selama empat bulan berturut-turut.

Badai Rafael diperkirakan dapat meningkat statusnya menjadi badai kategori 2 di Teluk Meksiko AS pada minggu ini.

OPEC+ kembali menarik mundur rencana mereka memulihkan volume produksi minyak, dari yang awalnya Desember 2024 menjadi Januari 2025.

Chandra Asri Group diharapkan dapat berperan dalam menciptakan ketahanan energi nasional melalui akuisisi SECP

Citi Research meningkatkan proyeksi harga minyak pada kuartal IV/2024 dan I/2025 mendatang seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Harga minyak dunia kembali melemah di tengah gejolak rencana pembalasan Israel terhadap misil Iran.

Permintaan minyak dunia diperkirakan melemah, terdampak ekonomi China yang lesu.

Reli harga minyak ditopang oleh eskalasi tensi geopolitik di Timur Tengah, tetapi peningkatan cadangan minyak AS membantu meredakan kekhawatiran pasokan minyak.

Memanasnya tensi konflik geopolitik Timur Tengah menjadi katalis positif terhadap laju saham emiten-emiten minyak dan gas (migas) di lantai bursa.

Eskalasi tensi politik antara Iran dan Israel mengaktifkan mode siaga investor seiring dengan lonjakan harga minyak.

OPEC menggandakan proyeksi permintaan minyak dunia pada saat ekonom dan lembaga internasional memangkasnya.

Harga minyak dunia naik tipis pada Rabu (25/9/2024) setelah pasar memantau perkembangan di Timur Tengah dan dampak stimulus China.

Produksi minyak AS berpotensi terdampak badai di Teluk Meksiko karena sejumlah produsen minyak mulai mengevakuasi para pegawainya dari kilang produksi.

Sepekan setelah Badai Francine di AS, transaksi kontrak berbasis minyak mentah di ICDX melompat 357% atau mencapai 2.226 lot.

Harga minyak mentah berada pada jalur penguatan mingguan pekan ini di tengah sentimen pemangkasan suku bunga The Fed dan meningkatnya ketegangan Timur Tengah.