Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan nilai transaksi bursa karbon Indonesia sebesar Rp37,06 miliar dalam satu tahun, relatif masih kecil.

Memasuki satu tahun operasionalnya, Bursa Karbon Indonesia atau IDX Carbon membukukan pencapaian awal yang menjanjikan.

OJK mencatat transaksi bursa karbon tembus Rp36,77 miliar dari 62 pengguna jasa per 31 Mei 2024.

Bursa Efek indonesia melaporkan IHSG dalam sepekan perdagangan awal Juni 2024 melemah seiring dengan lesunya transaksi saham.

Pertamina Geothermal (PGEO) mengungkap potensi pendapatan dari carbon credit sebesar US$1,5 juta pada 2024.

PT PLN (Persero) segera melantai ke bursa karbon Indonesia alias IDXCarbon.

OJK mencatat nilai perdagangan Bursa Karbon hingga 28 Maret 2024 sebesar Rp35,30 miliar.

PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) memandang optimistis prospek bisnis energi baru terbarukan (EBT) sepanjang 2024.

Pertamina Geothermal (PGEO) menyebut tantangan di bursa karbon, salah satunya regulasi.

Gibran Rakabuming menyampaikan pertanyaan 10 detik kepada Mahfud MD soal regulasi fasilitas penangkapan karbon atau carbon capture storage (CCS).

Perusahaan Grup PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) hingga PT PLN (Persero) menyatakan berpartisipasi di bursa karbon atau IDXCarbon.

Grup Adaro Energy Indonesia (ADRO) menyampaikan akan berpartisipasi dalam Bursa Karbon Indonesia melalui beberapa anak usahanya.

Bursa karbon diperkirakan tidak akan bisa selikuid bursa saham. Namun, IDX Carbon bisa lebih likuid dari bursa karbon di negara lain.

Bursa Karbon kembali mencatatkan transaksi setelah sepi transaksi selama 4 hari perdagangan berturut-turut.

Penetapan carbon pricing, yang juga terkait bursa karbon, dinilai IMF sebagai solusi paling jitu menurunkan emisi karbon, dari sisi ekonomi maupun politik.

Di tengah lesunya transaksi di Bursa Karbon Indonesia, angin segar datang dari Pertamina dan PLN yang ingin berpartisipasi, bahkan menjadi market leader.