SRBI, instrumen pro-market yang pertama kali diperkenalkan pada Agustus 2023, akan menarik para investor asing dan pada akhirnya mendorong stabilisasi rupiah.

Sejumlah mulai membangun strategi untuk menghadapi tekanan likuiditas yang semakin kompleks.

Kondisi likuiditas perbankan saat ini dinilai cukup menantang untuk penurunan suku bunga kredit.

Stabilisasi rupiah menjadi alasan utama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo kembali menahan suku bunga acuan BI Rate pada level 6%.

Instrumen SRBI yang sempat menjadi primadona baru di pasar keuangan domestik kini mulai kehilangan daya tarik di mata investor asing.

Melandainya suku bunga acuan memberikan sentimen positif terhadap aliran dana asing ke surat berharga negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sejak diperkenalkan pada akhir tahun lalu, outstanding SRBI hingga 4 Oktober 2024 telah mencapai Rp928,2 triliun.

PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) meluncurkan harga pasar wajar terhadap instrumen Sekuritas Bank Indonesia (BI).

Bank Indonesia menjelaskan uang Rp10.000 tahun emisi 2005 masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Indonesia.

Bisnis, JAKARTA -- Pengelola dana pensiun mulai mengutak-atik portofolionya mencari cuan yang lebih baik untuk investasi jangka pendeknya, termasuk mengurangi penempatan…

Bank Indonesia (BI) mencatat terjadi aliran keluar modal asing sebesar Rp9,73 triliun pada pekan keempat September 2024.

Bunga deposito masih tinggi karena ini suku bunga kredit turun lebih dulu. Kini seolah terjadi perebutan dana untuk mendapatkan deposito.

Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dinilai turut menarik modal masuk sehingga mendorong stabilisasi nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan alias BI Rate menjadi 6% pada September 2024. Ada 5 alasan di balik keputusan tersebut.

BI mencatat adanya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia senilai Rp1,31 triliun pada pekan kedua September 2024.

Mandiri Sekuritas optimistis pasar obligasi RI bakal positif sepanjang 2024-2025, ditopang sentimen penurunan suku bunga The Fed hingga penguatan rupiah.