Laporan e-Conomy SEA 2024 memproyeksi ekonomi digital Indonesia akan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar US$90 miliar (Rp1.420 triliun) pada 2025.

PT Bank Seabank Indonesia mengungkapkan layanan pinjaman langsung yang dijalankan bank digital memiliki prospek yang apik.

Hampir seperempat atau 22 dari 97 perusahaan fintech P2P memiliki kredit macet tinggi di atas 5%.

Masih ada peluang sejumlah saham untuk rebound hingga mencari peluang di tengah risiko tinggi fintech.

Menurut Ketua Umum Aftech Pandu Sjahrir, fraud kerap terjadi di belahan dunia manapun, tetapi kepercayaan pasar terhadap P2P lending dapat bangkit kembali.

AFSI mencatat kontribusi fintech P2P lending syariah di Indonesia masih sangat kecil dibanding konvensional.

Aftech melihat dalam dua tahun terakhir terjadi perbaikan tata kelola industri fintech P2P lending yang signifikan.

Modalku melihat bisnis fintech P2P lending, khususnya di sektor produktif masih memiliki potensi besar untuk berkembang.

AFPI optimis industri fintech P2P lending di Indonesia memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan, meskipun tak lepas dari sejumlah tantangan.

AFSI meminta OJK membuat regulasi manfaat ekonomi atau bunga pinjaman khusus yang mengatur P2P lending syariah.

AFPI membeberkan strategi bagaimana penyelenggara P2P lending menjaga kredit macet (TWP90) terkendali di bawah 5%.

Hingga September 2024, terdapat 22 penyelenggara P2P lending mencatatkan kredit macet (TWP90) di atas 5%. Jumlah tersebut setara 22,68% dari pelaku industri.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) buka suara terkait 22 penyelenggara fintech P2P lending yang memiliki kredit macet di atas 5%.

Perusahaan pinjaman online (pinjol) P2P didorong menampilkan asuransi kredit dalam upaya menawarkan investasi ke lender.

OJK mencatat kredit macet industri fintech P2P lending masih terjaga per September 2024 di bawah 5%.

OJK meminta perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending alias pinjol dengan kredit macet atau TWP90 di atas 5% untuk membuat rencana perbaikan.