Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai kinerja IHSG sampai akhir tahun diramal akan relatif solid usai Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS.

DBS Indonesia dan Mirae Asset Sekuritas meluncurkan layanan Rekening Dana Nasabah (RDN) dan menargetkan 1 juta investor baru dalam lima tahun ke depan.

Modal asing bentuk ekuitas dan obligasi Indonesia pada beberapa bulan terakhir telah mengalir cukup deras. Simak ramalan Mirae Asset Sekuritas.

Sejumlah katalis positif mewarnai prospek kinerja saham emiten di sektor konsumer dan perbankan pada semester II/2024. Saham apa yang menarik dikoleksi?

Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG bergerak volatil cenderung menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (14/8/2024). Saham apa yang dicermati?

Momentum awal semester II/2024 dipilih oleh tiga sekuritas untuk memperbarui daftar saham jagoan yang berpotensi mencetak kinerja impresif.

Mirae Asset Sekuritas memberikan proyeksi kondisi pasar saham RI di bawah pemerintahan baru Prabowo-Gibran.

Mirae Asset Sekuritas menjatuhkan pilihan kepada BMRI, BBNI, dan SMGR sebagai saham BUMN yang dapat dicermati para investor.

JP Morgan mempertahankan pandangan overweight untuk deretan saham pilihan dari sektor perbankan, consumer, dan telekomunikasi.

Investor asing diproyeksikan masih akan memborong saham pada tahun Pemilu 2024.

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat total dividen yang digelontorkan sejumlah emiten mencapai Rp357,2 triliun sepanjang tahun 2023.

Chandra Asri Pacific (TPIA) menganggarkan capex hingga US$400 juta dengan alokasi pembangunan pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride sebesar US$300 juta.

Meski sedang mengalami koreksi wajar, sejatinya tren pergerakan indeks ESG Leaders secara mayor masih relatif mengalami uptrend.

Investasi high risk akan lebih menarik dibandingkan dengan yang low risk lantaran ekspektasi suku bunga yang akan turun, baik di AS maupun di Indonesia.

January effect berpeluang terjadi tahun ini terlebih sentimen covid-19 sudah tidak menghambat sentimen positif.

Kenaikan harga saham emiten kesehatan dinilai hanya sebagai euforia semata di tengah meningkatnya lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.