Minat investor dalam lelang SUN meningkat sejalan dengan kenaikan nilai permintaan masuk dalam lelang hari ini.

Kondisi stabilnya yield SUN ini diperkirakan berlanjut hingga paruh kedua tahun 2022. Adapun BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR di level 3,5 persen.

Yield SUN dalam dua hari terakhir dipengaruhi oleh kenaikan yield US Treasury dan penguatan dolar AS terhadap mata uang global. 

Secara year to date (ytd), reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return negatif sebesar 2,65 persen.

Yield SUN Indonesia maupun global masih berpotensi melemah karena rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat. 

Data dari World Government Bonds pada Selasa (12/4/2022) mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia telah menembus level 6,984 persen.

Selama tidak ada kejutan dari hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) maka pasar SUN akan tetap suportif. 

Dominasi katalis negatif bagi pergerakan yield SUN dibandingkan dengan katalis positif membuat yield SUN cenderung bergerak terbatas.

Tingkat imbal hasil SUN Indonesia berpotensi kembali menguat di sisa tahun 2021 seiring dengan pelemahan yield US Treasury.

Partisipasi asing masih rendah di pasar obligasi Indonesia saat imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun atau US Treasury merangkak naik lagi.

Kenaikan yield Treasury AS akan menyebabkan tekanan di imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun.

Bank Indonesia menampik kenaikan imbal hasil surat utang negara saat ini akibat pengaruh kebijakan pengetatan moneter yang mengerek suku bunga acuan alias BI rate.