Pelaku usaha komoditas sawit memiliki kekhawatiran mengenai masa depan CPO. Jika tidak dikelola dengan baik, komoditas tersebut berpeluang ditinggalkan.

Kondisi yang ada menunjukkan bahwa nilai jual karet semakin baik yang mengindikasikan kondisi pasar yang menguntungkan bagi para petani.

Penggantian tanaman tua dengan tanaman baru yang memiliki kualitas tinggi, agar ke depan juga memiliki produktivitas tinggi.

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara (Sumut) kembali mencatat kenaikan signifikan terhadap ekspor karet alam dari Sumatra Utara.

Cuka akan digunakan sebagai pembeku getah karet petani sebelum bahan olah karet (bokar) diperjualbelikan.

Menguatnya harga karet di pasar global membuat harga lelang bahan olah karet (bokar) melesat.

Terhitung sejak tahun 2023 hingga sekarang belum ada perkembangan terbaru terkait pabrik karet yang telah tutup tersebut.

Gapkindo Sumatra Utara menyatakan ada perbaikan kinerja ekspor karet pada Agustus 2024 yang terlihat dari peningkatan volume ekspor hingga 16,65%.

Ekspor karet RSS I sebanyak 40,5 ton dengan nilai penjualan sebesar US$ 95.170 atau setara Rp1,5 miliar.

Gapkindo Sumut mengungkapkan dua penyebab utama turun signifikannya volume ekspor karet Sumut.

Emiten Grup Triputra, PT Kirana Megatara Tbk. (KMTR) mulai melakukan ekspor perdana produk karet ke Eropa.

Harga karet petani juga mengalami peningkatan yang signifikan harga rata-rata karet petani mencapai Rp10.500 per kilogram.

Penurunan harga karet alam yang telah berlangsung menahun berdampak pada masifnya konversi lahan karet menjadi komoditas lain terutama sawit.

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumatra Utara menyebut ekspor karet alam Sumut pada Maret 2024 turun signifikan hingga 13,65% (month-to-month/mtm).

Asosiasi mengungkapkan salah satu rencana investasi asal China bakal mengalir ke sektor industri ban dan karet.

Gapkindo menilai pemerintah belum menunjukkan keseriusan untuk mulai berbenah dan bersiap menghadapi kebijakan antideforestasi Uni Eropa.