Konsep hunian berimbang yang diberlakukan kepada kalangan pengembang sudah menjadi cerita lama. Namun, hingga sekarang masih jalan di tempat. Sekarang hal itu diatur ulang…

Saat ini pelaku industri properti masih dalam tahap rekonsiliasi secara internal maupun ke pihak luar.

Menurut REI, kolaborasi antara pengembang besar dan pengembang menengah sangat baik untuk membantu tugas pemerintah.

Kolaborasi atau kerja sama antara pengembang besar dengan pengembang menengah untuk mengatasi backlog rumah dinilai akan sulit dilakukan.

Fokus perusahaan pada semester kedua hanya akan fokus menggenjot pemasaran proyek yang sudah ada.

Untuk menggaet pembeli, pengembang terus menawarkan beragam promo menarik, salah satunya pemberian diskon. Seperti yang dilakukan oleh Sinar Mas Land

Subsektor apartemen tak luput dari dampak besar virus corona baru atau Covid-19 mengingat aktivitas pemasaran terbatas sehingga penjualan anjlok seketika.

Kendati telah memasuki fase kenormalan baru (new normal) para pengembang properti masih harus mencari strategi untuk menarik pembeli.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menuntut keseriusan dari semua pihak menjelang penerapan kenormalan baru khususnya untuk sektor properti.

Masih banyak orang yang mampu membeli rumah, tapi banyak yang menunda pembelian pada masa seperti ini.

Sebelum melakukan pengembangan proyek, pengembang perlu memastikan terkait dengan minat pembeli, pemasaran melalui sarana daring, hingga proses jual beli yang efisien.

Faktor yang dihadapi pengembang rumah subsidi adalah tersendatnya arus kas karena terhambatnya percepatan realisasi KPR.

Pasar hunian di bawah Rp500 juta masih menjadi pangsa pasar yang prospektif dalam beberapa waktu ke depan.

Asosiasi pengembang mengakui bahwa saat ini lebih sulit dalam melakukan akad.

Program yang diluncurkan sejak akhir tahun lalu itu dinilai butuh penyesuaian kembali agar dapat berjalan maksimal.