Sederet emiten farmasi optimistis mampu memacu kinerja ekspor dengan memperluas pasar tujuan pemasaran.

Emiten farmasi, PT Phapros Tbk. (PEHA) membidik kontribusi pendapatan ekspor hingga 10% dalam beberapa tahun mendatang.

Sebanyak 6 emiten grup BUMN alias pelat merah terpantau turun kasta dari papan utama ke papan pengembangan

Laba produsen obat Antimo, PT Phapros Tbk. (PEHA) anjlok 78,77% menjadi Rp5,95 miliar sepanjang 2023.

10 emiten masuk daftar top losers sepanjang sepekan perdagangan periode 25 hingga 28 Maret 2024 saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau lesu.

PT Phapros Tbk. (PEHA) menggandeng sejumlah lembaga pendidikan untuk menciptakan alat kesehatan dan obat-obatan.

Saham KAEF, IRRA, hingga PEHA melejit saat IHSG ditutup ke zona hijau pada perdagangan hari ini.

Komisaris PT Phapros Tbk. (PEHA) Masrizal A. Syarief menambah porsi kepemilikannya dengan memborong sebanyak 58.600 lembar saham pada 12-13 September 2023.

Kimia Farma (KAEF), Indofarma (INAF), dan Phapros (PEHA) melakuakan diversifikasi produk mengantisipasi penurunan kinerja penjualan obat.

Phapros (PEHA) tengah melakukan penataan portofolio perusahaan guna mengejar target pertumbuhan.

RUPST Phapros (PEHA) menyepakati dividen sebesar 40 persen dari laba bersih 2022 atau sekitar Rp11,2 miliar.

Selama Januari—Maret 2023, total penjualan bersih Phapros (PEHA) mencapai Rp260,97 miliar atau turun 3,07 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2022.

Sejumlah emiten farmasi terus mendulang kenaikan cuan di tengah tantangan kenaikan harga bahan baku obat dan gejolak nilai tukar.

Phapros mengoleksi laba Rp27,4 miliar pada 2022, melonjak 143 persen dibandingkan Rp11,3 miliar pada tahun sebelumnya.

Phapros (PEHA) mengoleksi angka penjualan sebesar  Rp1,17 triliun pada 2022, tumbuh 11 persen dibandingkan Rp1,05 triliun pada tahun sebelumnya.

Peluang ekspor produk kesehatan masih terbuka ke beberapa negara di Amerika Selatan dan Asia.