Sejarah Indonesia selalu diliputi oleh jatuh bangun kekuasaan, pelantikan presiden pun berlangsung dalam berbagai macam situasi. Berikut sejarahnya:

Jumlah anggota kabinet Prabowo diperkirakan lebih dari 100 orang. Jumlah ini hanya bisa disandingkan dengan kabinet 100 Menteri di akhir pemerintahan Sukarno.

TAP MPR tentang KKN Soeharto ditetapkan oleh Harmoko dan dicabut oleh Bambang Soesatyo.

TAP MPRS No.33/1967 melucuti kekuasaan Sukarno sebagai presiden dan mengangkat Soeharto sebagai penjabat presiden.

MPR RI resmi mencabut TAP MPRS No.XXXIII/MPRS/1967 tentang k pencabutan kekuasaan negara dari Presiden Sukarno.

Bung Karno dan Soeharto adalah dua tokoh paling kuat dalam sejarah. Meski demikian, keduanya jatuh karena ketidakstabilan politik dan ekonomi.

Takhta Suci Vatikan secara resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada 4 Januari 1950

Ayah Prabowo Subianto, Soemitro Djojohadikusumo dan pendiri Grup Astra William Soeryadjaya adalah karib dalam pasang surut perekonomian Indonesia.

Pada usia ke 51 tahun, PDIP masih di bawah bayang-bayang Sukarno dan efek Jokowi.

Inggit Garnasih, Istri kedua Sukarno, terkesan dengan Kota Bukittinggi yang sejuk dan pengalaman pahitnya kecolongan koper yang berisi sejumlah perhiasan.

Haji Masagoes Noer Moechamad Hasjim Ning, pengusaha pejuang yang berpulang pada 26 Desember 1995, dijuluki Henry Ford Indonesia oleh media asing.

Jokowi diusulkan menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP). Dia digadang-gadang sebagai sosok yang tepat sebagai pengganti Megawati Soekarnoputri.

Tragedi Gerakan 30 September 1965 atau dikenal dengan G30S PKI adalah kali ketiga Partai Komunis melakukan pemberontakan di Indonesia.

Tragedi G30S PKI di Jakarta menyebabkan gugurnya 7 Pahlawan Revolusi dan melambungkan nama Panglima Kostrad Mayjen Soeharto.

UNESCO memberikan 3 sertifikat arsip sejarah kepada Kemlu RI sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World). 

Kejatuhan Orde Lama dan Orde Baru memberi pelajaran tentang pentingnya pengelolaan ekonomi secara berkelanjutan.