Dewan Ekonomi Nasional mengungkapkan sejumlah komoditas seperti nikel hingga kelapa sawit akan masuk ke Sistem Informasi Mineral dan Batubara atau Simbara.

Sederet emiten seperti INCO, ANTM, hingga HRUM mencatat nilai penjualan nikel tertinggi hingga kuartal III/2024.

Industri nikel nasional diramal mengalami sedikit gejolak usai Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Maklum, Trump pernah berjanji mencabut aturan wajib…

Industri nikel menjadi salah satu sektor penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di Indonesia

Terplihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 menimbulkan tanda tanya tentang nasib hilirasasi nikel Indonesia

Perundingan ICA CEPA secara substansi telah selesai dan akan diresmikan pada 2 Desember 2024. Peningkatan kerja sama akan difokuskan di empat sektor.

Wakil Ketua Bappenas menyampaikan dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berada pada posisi yang tepat untuk memimpin industri baterai.

Sederet sekuritas meningkatkan target harga Vale Indonesia (INCO) kendati mencatatkan penurunan kinerja top line dan bottom line. Apa saja katalisnya?

Sejumlah emiten seperti ANTM, MBMA, UNTR mulai 'memanaskan tungku smelter nikel' dengan melakukan investasi secara trengginas.

Simak aksi borong BlackRock di saham-saham emiten tambang nikel Indonesia sepanjang bulan ini.

Kinerja emiten tambang nikel dalam negeri seperti MBMA, NCKL hingga HRUM berisiko terganjal kebijakan impor Donald Trump.

Aneka Tambang (ANTM) diperkirakan bakal menekan rasio pembayaran dividen di rentang 35% sampai dengan 40% untuk tahun buku 2024.

Sumber Global Energy (SGER) meneken kontrak jual beli batu bara dengan PT Merge Mining Industri. Kontrak tersebut berpotensi mendatangkan revenue Rp3 triliun.

Analis melihat ada empat sektor saham paling cuan dan tiga sektor saham berisiko merugi di pasar saham RI pada 2025. Simak selengkapnya.

Kabinet yang disusun oleh Donald Trump disebut bakal mempengaruhi perkembangan hilirisasi nikel dan baterai Indonesia.

Pertumbuhan kapasitas PLTU Captive di Indonesia diproyeksikan melampaui kapasitas listrik batu bara Australia pada 2026.