Pasar obligasi Indonesia menarik perhatian investor asing ketika memasuki era suku bunga rendah.

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) memiliki dua obligasi yang jatuh tempo pada semester II/2024.

Pelunasan utang obligasi dan sukuk oleh PTPP diharapkan mengembalikan tingkat kepercayaan investor di BUMN konstruksi.

Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) akan menerbitkan surat utang yang terdiri dari obligasi dan sukuk dengan nilai total Rp500 miliar untuk membayar utang.

Penjualan obligasi SBR013 tembus Rp6,56 triliun dalam 8 hari, investor buru tenor pendek.

Kupon floating with floor dalam SBN ritel Savings Bond Ritel seri SBR013 menjadi salah satu keunggulan instrumen investasi tersebut.

SBR013 dengan mahar investasi mulai dari Rp1 juta memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan deposito.

DJPPR Kemenkeu mengungkap potensi penjualan SBR013 menembus Rp20 triliun hingga akhir penawaran.

Ada 27 mitra distribusi (midis) SBn ritel seri SBR013 dengan penawaran kupon 6,45% dan 6,60%.

Investor milenial mendominasi penjualan ST012, laris Rp19,65 triliun.

Dengan penempatan mayoritas dana Tapera di surat berharga negara (SBN), pasar obligasi Indonesia diprediksi semakin semarak.

Kemenkeu rencananya akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel Savings Bond Ritel seri SBR013 pada 10 Juni hingga 4 Juli 2024.

Ketidakpastian suku bunga The Fed membuat investor asing gamang masuk ke pasar obligasi RI.

Pasar obligasi dinilai masih prospektif untuk investor asing usai DJPPR Kemenkeu merilis Samurai Bond.

DJPPR Kemenkeu mengantongi Rp21,36 triliun dari lelang SUN pada Selasa (14/5/2024) seiring dengan aksi beli investor asing.

Penjualan ST012 seri T2 dan T4 telah dimulai pada Jumat (26/4/2024) dengan kuota awal Rp10 triliun.