Bank Sentral China (PBOC) merilis kebijakan moneter baru untuk memperkuat likuiditas sistem keuangan, demi memperbaiki ekonomi.

Bank sentral China (PBOC) menunda pembelian emas meredam permintaan investor China dalam beberapa bulan terakhir, di tengah tren kenaikan harga.

Investor asing tercatat net sell Rp4,3 triliun sepekan, salah satunya dipengaruhi oleh stimulus yang digelontorkan pemerintah China dan Bank Sentral China.

PBOC mempertahankan suku bunga pinjaman kebijakan satu tahunnya, atau fasilitas pinjaman jangka menengah (medium-term lending facility/MLF) sebesar 2,3%.

Nilai yuan di pasar domestik China jatuh ke level terendah sejak November 2023.

Harga emas mencapai rekor tertingginya seiring dengan aksi borong oleh sejumlah bank sentral.

Bank Sentral China (PBOC) membeli emas untuk cadangannya selama 17 bulan berturut-turut per Maret 2024 sehingga membantu menopang harga emas.

PBOC menahan suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 2,5% dan memberikan suntikkan bersih 216 miliar yuan atau sekitar Rp472 triliun.

Bank Sentral China (PBOC) memberikan suntikan bersih sebesar 191 miliar yuan atau sekitar dengan Rp403 triliun ke pasar.

Bank Sentral China menurunkan rasio cadangan perbankan sebesar 25 basis poin menjadi 7,4 persen untuk mempompa ekonomi.

PBOC memperketat pengawasannya terhadap pembelian dolar jumlah besar oleh perusahaan-perusahaan domestik.

Awan gelap ekonomi China kian tebal seiring dengan dirilisnya laporan pendapatan fiskal dan pemangkasan suku bunga oleh POBC.

Bank sentral China atau PBOC memangkas suku bunganya setelah data resmi pada Kamis (15/6/2023) menunjukan pelemahan dan The Fed menahan suku bunganya.

Para ekonom memprediksi perekonomian China melambat pada Mei 2023 dengan potensi pemangkasan suku bunga jangka panjang.

Gubernur Bank Sentral memperkirakan bahwa indeks harga konsumen (IHK) China akan naik perlahan pada paruh kedua 2023.

Emas tetap menjadi favorit masyarakat untuk menyimpan kekayaan, terutama di tengah situasi yang penuh ketidakpastian.