Deutsche Bank mengurangi sebagian kepemilikannya di saham-saham blue chip Indonesia di tengah merebaknya kekhawatiran investor global terhadap sektor perbankan.

Bisnis, JAKARTA — Tingginya pertumbuhan laba emiten blue chips pada 2022 menjadi salah satu magnet bagi investor untuk mengakumulasi saham emiten-emiten berkapitalisasi pasar…

Analis menilai pertumbuhan laba bersih emiten tambang dan perbankan akan meningkat pada 2022, sementara itu kinerja emiten consumer goods tertekan.

Saham-saham blue chip dalam wadah indeks LQ45 langsung tancap gas pada awal 2023. Emiten mana saja layak koleksi?

Kredit korporasi blue chip menjadi andalan bagi BNI dalam menjaga pertumbuhan kredit pada 2022 yang mencapai Rp646 triliun.

Pelemahan IHSG bisa menjadi momentum bagi investor untuk mulai mengoleksi saham-saham blue chip.

IHSG telah terkoreksi 3,33 persen secara year-to-date (ytd), IDX30 turun 3,70 persen ytd, sementara LQ45 melemah 3,63 persen sepanjang 2023.

Lonjakan saham blue chip menjadi indikasi window dressing atau aksi poles kinerja yang dilakukan oleh emiten menjelang akhir tahun.

Kenaikan suku bunga menjadi sinyal positif jangka pendek, saham sektor bank, telko, serta reksa dana bluechip bisa menjadi pilihan.

Deretan saham blue chip dalam wadah indeks LQ45 tengah diperdagangkan dengan valuasi termurah dalam 5 tahun.

Tekanan di pasar saham membuat saham-saham blue chip ikut mengalami penurunan. Analis melihat terdapat beberapa saham yang menarik untuk dikoleksi investor di tengah momentum…

Peluang penguatan saham blue chip masih terbuka lebar hingga akhir 2022.

Saham blue chips di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung dalam indeks LQ45 dinilai memiliki potensi ke depannya untuk pulih.

Sederet saham blue chip anggota Indeks LQ45 masih diperdagangkan dengan valuasi terdiskon.

Perusahaan manajemen aset terbesar dunia, BlackRock, berbelanja saham-saham blue chip di tengah tren penguatan IHSG periode berjalan 2022.