Pemerintah seperti mendorong publik untuk terus berkonsumsi dengan berbagai insentif, padahal pendapatan riil masyarakat terus turun beberapa tahun tahun ini.
Pendapatan riil masyarakat Indonesia terus turun dalam 14 tahun terakhir, tertekan biaya hidup yang tinggi, hingga banyaknya orang bekerja di sektor informal.
Komponen barang bergejolak (volatile goods) rupanya telah mencatatkan deflasi 5 bulan beruntun, sehinga menyebabkan deflasi secara umum sejak Mei 2024.
Deflasi di negara berkembang dinilai sebagai indikasi konsumsi rumah tangga melemah. Masalahnya, konsumsi menjadi kontributor dominan pertumbuhan ekonomi.
Presiden terpilih Prabowo Subianto akan menyiapkan kemudahan usaha hingga program untuk menggenjot konsumsi masyarakat, agar kelas menengah kembali meningkat.
Laju kenaikan premi asuransi kesehatan tahun ini mencapai tiga kali lipat dari biasanya, efek inlfasi medis hingga perang harga demi menggaet pemegang polis.
Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh melambat ke level 4,93% pada kuartal II/2024, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Sinyal tekanan daya beli masyarakat.
Ekonom melihat ada tanda pelemahan konsumsi, terutama di kelas berpenghasilan rendah. Padahal, konsumsi rumah tangga merupakan penopang perekonomian Indonesia
Melemahnya industri pakaian dan alas kaki memberi andil pada stagnasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga, sebagai komponen utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.