BTN menyiapkan empat inisiatif strategi untuk mendongkrak perolehan dana murah di tengah persaingan ketat pada tahun ini.

Di tengah suku bunga acuan tinggi, sejumlah bank pun menjalankan strategi untuk mendongkrak dana murah.

Bank Maybank (BNII) gencar mendongkrak pendanaan murah salah satunya melalui peningkatan kapabilitas digital.

Demi mengejar ambisi membangun proyek pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan, pemerintah terlihat mulai all out mematikan PLTU.

Sejumlah bank seperti Bank Raya, Bank Jago dan Seabank tampak berupaya keras untuk menghimpun dana murah di tengah tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia

Komposisi simpanan di bank digital masih didominasi deposito. Hal ini berpotensi menghambat laju profitabilitas.

BI kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen.

BNI (BBNI) mencatat rasio dana murah 70,9 persen, sedangkan Bank Mandiri (BMRI) 73 persen.

Per semester I/2022, dana murah CIMB Niaga mencapai 67 persen dari total DPK, tumbuh 12 persen yoy.

Penghimpunan dana pihak ketiga industri perbankan tercatat mencapai Rp7.345,7 triliun atau tumbuh 8,2 persen secara tahunan per Agustus 2022.

Dana murah akan membuat bank lebih lincah dalam meningkatkan profitabilitas.

Bank Indonesia melaporkan per Agustus 2022 dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya.

Pertumbuhan QRIS sejalan dengan upaya perseroan untuk mendorong pertumbuhan dana murah (current account savings account/CASA) berupa giro dan tabungan.

Mencari dana murah menjadi tantangan tersendiri di tengah kenaikan inflasi di Indonesia.

Hingga akhir Juni 2022 Bank Mandiri mencatat pertumbuhan DPK secara konsolidasi sebesar 12,8 persen yoy, menjadi Rp1.318,42 triliun.