Manajemen Garuda Indonesia menyampaikan rekaman audio yang beredar merupakan rekaman diskusi internal perseroan dan tidak untuk disebarluaskan.

Salah satu langkah perampingan berupa penawaran pensiun dini kepada karyawan dalam mengatasi masalah keuangan bukan hal yang tepat.

Garuda Indonesia (GIAA) memiliki utang sebesar Rp70 triliun atau US$4,9 miliar dengan ekutitas minus.

Langkah manajemen Garuda Indonesia untuk memangkas jumlah armada operasional wajar dilakukan ditengah masa pandemi seperti saat ini.

Visualisasi istana negara dengan lambang burung garuda untuk ibu kota baru muncul ke publik dan beredar di media sosial.

Pada perdagangan Selasa (9/2/2021) pukul 10.29 WIB, saham GIAA naik 5,36 persen atau 18 poin menjadi Rp354.

Pandemi membuat bisnis maskapai tertekan. Kini semua pihak membutuhkan cashflow atau arus kas untuk menjamin keberlangsungan usahanya.

Para anggota tim sepak bola Garuda Indonesia Amputee Football (Garuda INAF) kembali berkumpul di sebuah lahan minimalis yang biasa digunakan untuk upacara di lingkungan Rumah…

KSEI melaporkan dana amortisasi kedua Efek Beragun Aset (EBA) Mandiri GIAA01 - Surat Berharga Hak Atas Pendapatan Penjualan Tiket Kelas A belum efektif di rekening KSEI sesuai…

Garuda Indonesia siap menghapi kenormalan baru, untuk menjaga kesinambungan dan keberlangsungan bisnis.

Proposal perpanjangan waktu pelunasan sukuk global senilai US$500 juta yang disampaikan pada 19 Mei 2020, mendapatkan tanggapan positif dari para pemegang surat utang.

Penerbangan haji 2020 rencananya dilayani oleh tiga maskapai yakni Garuda Indonesia, Flynas dan Saudia Airlines.

Dalam Garuda Pancasila terdapat lima sila yang esensinya harus menjadi butir semangat pemberantasan korupsi.

Pemerintah tengah memfinalkan rencana pengucuran dana segar kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA)

Lilitan utang di tubuh Garuda (GIAA) mulai menemui titik cerah