Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyatakan sedikitnya 261 orang telah tewas dalam tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan.
Perempuan telah lama memainkan peran penting dalam sejarah Myanmar, sehingga UN Women memandang perempuan tidak boleh diserang dan dihukum saat menyampaikan aspirasi damai.
Pengunjuk rasa mengatakan mereka menolak untuk menerima kudeta militer 1 Februari dan bertekad untuk mendesak pembebasan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.