Bisnis, JAKARTA — Harga emas dunia masih stabil di kisaran US$2.500 per ons menanti sentimen positif yang cukup untuk kembali meneruskan rekor harganya.

Penutupan tak terduga salah satu tambang litium terbesar di China telah membuat industri terguncang, spekulasi bermunculan dampak dari penutupan itu.

Pilpres AS menjadi sentimen penahan harga sejumlah komoditas logam yang beberapa bulan terakhir sudah melemah di tengah perlambatan ekonomi global.

Deretan emiten RI tengah berlomba-lomba ekspansi di bisnis logam.

Episode baru rekor harga emas dunia bakal terus berlanjut seiring dengan sejumlah katalis utama.

Setelah sempat ikut terpukul anjloknya pasar global, emas tetap diramal pada posisi yang kuat sebagaimana sifat dasarnya sebagai safe haven.

Timah (TINS) membeberkan kesiapan dana untuk melunasi pokok obligasi dan sukuk jatuh tempo Rp806 miliar.

Emiten batu bara UNTR, HRUM, INDY hingga ADRO memacu ekspansi ke sektor logam sebagai upaya diversifikasi bisnis yang lebih hijau.

Diversifikasi emiten batu bara seperti ADRO, INDY, hingga HRUM dinilai sebagai strategi cerdas menghadapi dinamika pasar.

Emiten CPO Grup Triputra PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) membentuk joint venture dengan entitas Toyota Motor, Aisin Takaoka untuk memproduksi Biokokas.

Tercatatnya produk olahan nikel Indonesia di bursa logam dunia, London Metal Exchange, diyakini akan meningkatkan daya tawar nikel RI di pasar global.

Pelaku industri mesin dan logam dasar menilai target pertumbuhan manufaktur sulit digapai, mengingat tren kontribusi cenderung melemah.

Harga komoditas logam emas, nikel, dan tembaga yang kompak menguat diproyeksi akan mendongkrak kinerja saham maupun fundamental emiten.

PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Mengenal Savitri Jindal, wanita sekaligus orang terkaya di industri logam dunia.