Peningkatan mobilitas masyarakat karena penurunan kasus Covid-19 dan berbagai stimulus lain memberikan dorongan terhadap pertumbuhan kredit pada tahun ini.

Stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik hingga September 2021. Hal ini didukung dengan adanya indikator-indikator permodalan yang kuat.

Kebijakan OJK dalam mempercepat pelaksanaan transformasi digital di sektor keuangan terfokus kepada 2 hal strategis.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan hal tersebut didukung dengan mulai terkendalinya pandemi diikuti peningkatan aktivitas perekonomian nasional.

Sementara, pada awal Maret 2021 restrukturisasi kredit mencapai Rp900 triliun.

OJK akan memasukkan risk management on climate change ini sebagai salah satu basis dalam pengawasan lembaga keuangan dan perbankan.

Data OJK menunjukkan adanya peningkatan NIM sejak awal tahun. NIM pada posisi Mei 2021 sebesar 4,66 persen, lebih tinggi dari posisi Desember 2020 sebesar 4,45 persen

Berdasarkan data OJK, hingga Juni 2021 restrukturisasi perbankan mencapai Rp791,93 triliun yang diberikan kepada 5,03 juta debitur.

Kredit mulai mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi pada Juni 2021 sebesar 1,83 persen secara year-to-date.

Jumlah investor di pasar modal meningkat luar biasa yaitu 5,6 juta atau 96 persen yoy pada Juni 2021.

Dana simpanan masyarakat yang tumbuh tinggi mendorong suku bunga simpanan juga turun. Alhasil, masyarakat mencari alternatif investasi lain.

Kinerja saham dan peringkat ESG dari perusahaan tercatat memiliki hubungan yang positif, bahkan di tengah kondisi pandemi yang melanda.

Wimboh mengatakan OJK segera akan meminta klarifikasi atas pernyataan yang disampaikan Jusuf Hamka terkait bank syariah.

OJK mencatat penghimpunan dana emiten di pasar modal telah mencapai Rp67,8 triliun per 29 Juni 2021, dan jumlah investor pasar modal mencapai 5,37 juta investor per akhir…

Dalam kondisi pandemi ekonomi dan keuangan syariah mendapatkan apresiasi dari Global Islamic Economy Indicator yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-4 pada 2020.