Sebanyak tiga konglomerat Indonesia tercatat mengalami lonjakan harta atau nilai kekayaan bersih signifikan sepanjang 2023.

Saham milik konglomerat Prajogo Pangestu hingga Hartono bersaudara masih jadi andalan analis di 2024 mendatang, seiring kinerja yang moncer sepanjang tahun ini.

Saham-saham emiten Prajogo Pangestu dinilai merupakan saham konglomerat paling moncer sepanjang tahun berjalan didukung sentimen energi hijau dan aksi korporasi

Beberapa saham konglomerat tercatat mengalami kenaikan tinggi sepanjang 2023 dan menyentuh level all time high (ATH).

IHSG dibuka menguat ke 7.256,44 pada perdagangan hari ini, Rabu (27/12/2023), seiring dengan penguatan saham BBCA, BBRI dan TLKM.

Emiten konglomerat milik Boy Thohir (MBMA), Arifin Panigoro (AMMN), hingga Prajogo Pangestu (BREN) masuk dalam daftar IPO jumbo 2023.

CUAN, BREN, BRPT & TPIA milik Prajogo aktif melakukan aksi korporasi sepanjang 2023 yang diapresiasi pelaku pasar dengan lonjakan kinerja saham yang ciamik.

Saham-saham IPO 2023 seperti CUAN, BREN, CHIP, AMMN, hingga RAAM berhasil mencetak keuntungan signifikan.

Aliran dana asing seiring momentum window dressing mengangkat kapitalisasi pasar BCA (BBCA) dari kejaran Barito Renewables Energy (BREN) milik Prajogo Pangestu.

Kapitalisasi pasar emiten Prajogo Pangestu seperti BREN, CUAN, TPIA, BRPT telah mencapai ratusan triliun, yang turut mendorong kinerja IHSG.

Diam-diam BlackRock telah bermanuver mengutak-atik kepemilikan di sejumlah saham emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu CUAN hingga TPIA.

Emiten yang dimiliki dan terafiliasi oleh konglomerat Prajogo Pangestu, tergolong aktif dalam melakukan aksi akuisisi. Sebut saja BRPT, CUAN, hingga BREN.

Emiten EBT Prajogo Pengestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) menggelontorkan dana hingga Rp80,15 miliar untuk mengakuisisi PLTB Sidrap 2.

Prajogo Pangestu terus berupaya menambah kekayaannya melalui serangkaian aksi akuisisi yang tengah dilakukan oleh Petrindo (CUAN) dan Barito Renewables (BREN)

Saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, Grup Salim, hingga Grup Djarum menyentuh all time high. Adakah risiko di balik fenomena tersebut?