Setiap satelit telekomunikasi selalu membutuhkan stasiun bumi (VSAT), perangkat ini membutuhkan aliran listrik yang minim jaringan di daerah 3T.

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) memastikan kinerja perusahaan akan tetap solid meski Abdee Slank mundur dari jabatannya sebagai komisaris independen.

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) mematangkan pengadaan Satelit Satria-2 untuk memangkas kesejangan digital di daerah.

Papua Pegunungan membutuhkan lebih banyak kapasitas internet seiring dengan adopsi digital yang berkembang di daerah tersebut. Satria-1 butuh dukungan.

Bakti melakukan perhitungan secara matang untuk menghadirkan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) atau alat penangkap sinyal Satelit Satria di 37.000 titik.

Thales Alenia Space menyerahkan Satelit Satria-1 ke SNT setelah melewati seluruh tahapan uji coba. Saat ini, Satria-1 dapat melayani hingga 20.000 titik.

Satelit Satria-1 belum bisa melayani seluruh titik di Indonesia, masih dibutuhkan infrastruktur lainnya untuk meningkatkan kecepatan internet.

Ketersediaan stasiun bumi yang masih terbatas menjadi tantangan selanjutnya yang harus diselesaikan Bakti untuk mengoptimalkan layanan Satelit Satria.

Bakti Kemenkominfo coret proyek Hot Backup Satellite yang merupakan satelit cadangan dari SATRIA-1 senilai Rp5,2 triliun.

Satelit orbit bumi rendah atau low earth orbit (LEO) SpaceX Elon Musk, Starlink dinilai akan memberikan dampak pada emiten sektor telekomunikasi di Indonesia.

Ma’ruf Amin menilai suksesnya Indonesia meluncurkan Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) akan mempermudah konektivitas digital di Indonesia.

Satelit dibutuhkan sebagai salah satu solusi konektivitas di daerah 3T, sehingga perlu untuk mengetahui kebutuhan masyarakat sebelum merencanakan jumlah titik.

Kemenkominfo tengah mengkaji untuk memangkas jumlah titik layanan Satelit Satria. Faktor pemutakhiran data, hingga optimalisasi layanan jadi pertimbangan.