Bank Indonesia menyebutkan suku bunga acuan BI7DRR dinilai sudah pada level ideal untuk menjaga tingkat inflasi sesuai rencana.

Bank Indonesia diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Februari 2023 menjadi 6 persen.

Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih melanjutkan kenaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Februari mendatang.

Lembaga Pencamin Simpanan (LPS) mencatat bank umum kelompok III menjadi yang paling tinggi kenaikan suku bunga tabungan dan depositonya.

Kenaikan BI7DRR atau dikenal dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang naik agresif dalam 3 bulan terakhir, turut mengerek bunga deposito.

Jadwal rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 2023 berlangsung 12 kali, dan menentukan suku bunga acuan BI7DRR atau dikenal dengan BI Rate.

“Pada 2023, pertumbuhan ekonomi juga masih diperkirakan tetap baik meskipun sedikit melambat."

Di tengah trend kenaikan suku bunga The Fed, Bank Indonesia kembali mengerek BI Rate atau BI7DRR menjadi 5,5 persen.

“BI memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sebesar 3 persen pada 2022 tetapi akan menurun menjadi 2,6 persen pada 2023”

Pertimbangan kenaikan suku bunga tersebut adalah tingkat inflasi yang cenderung lebih rendah dari perkiraan

Per kuartal III/2022, rasio likuiditas (loan to deposit ratio/LDR) Bank Central Asia (BBCA) mencapai 63,34 persen.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 November 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25.

Rupiah diprediksi terimbas sentimen Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan BI7DRR.

Ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan suku bunga acuan, terutama untuk menjaga stabilitas rupiah dan menjangkar ekspektasi inflasi.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menyatakan akan akan menyesuaikan suku bunga pinjaman maupun tabungan sesuai ketentuan Bank Indonesia terbaru.