Buah manis pembengkakan biaya promosi Allo Bank Indonesia (BBHI) tecermin dari kemampuan bank menjaring 3,3 juta nasabah selama Mei hingga September 2022. 

Beban promosi bank digital melaporkan pertumbuhan lebih dari 100 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu.

Kinerja kredit Bank Jago (ARTO) naik 118 persen yoy, sedangkan Allo Bank (BBHI) naik 247 persen yoy.

Sebanyak 2 dari 5 bank digital yang telah mempublikasikan laporan keuangan masih merugi, sedangkan sisanya telah mengantongi laba.

Hingga kuartal III/2022 masih ada bank digital di Indonesia yang merugi.

Berikut perbandingan kinerja Bank Jago (ARTO), Allo Bank (BBHI), dan Bank Neo Commerce (BBYB) di Kuartal III/2022.

Laba Allo Bank (BBHI) disokong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 659 persen yoy per kuartal III/2022, menuju Rp406,08 miliar.

Rasio likuiditas bank digital seperti Bank Jago, Allo Bank, dan Bank Raya

Rasio likuiditas Allo Bank yang sangat tinggi menggambarkan kredit yang disalurkan BBHI jauh lebih besar dibandingkan dengan DPK yang berhasil dihimpun.

Berdasarkan data RTI Business, saham Allo Bank (BBHI( dan Bank Jago (ARTO) tercatat naik pada IHSG sesi I.

Melalui PT Mega Corpora, Chairul Tanjung atau CT menguasai 60,88 persen saham Allo Bank (BBHI).

Nilai saham ARTO milik Metamorfosis turun sekitar Rp57 triliun, atau dari Rp78,28 triliun menjadi Rp20,70 triliun.

Bank digital, seperti ARTO dan BBHI dan konvensional seperti BBCA, BBRI, BMRI, dkk, sama-sama menghadapi sentimen suku bunga. Mana lebih tangguh?

Transaksi afiliasi tersebut telah diteken pada 1 September 2022 dan akan berakhir 3 tahun kemudian, tepatnya pada 31 Maret 2025.

Ternyata bukan Bank Jago (ARTO) atau Allo Bank (BBHI) bank digital yang menyalurkan kredit paling tinggi sepanjang semester I/2022.