Apindo memprediksi kinerja industri manufaktur akan terus berada di level ekspansi sepanjang 2024, seiring permintaan domestik yang terus bergairah.

Jika merujuk pada Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Maret 2024, PMI tercatat ekspansif dengan angka indeks 54,2.

Apindo menilai penutupan pabrik padat karya marak terjadi terhadap produk-produk berorientasi ekspor.

Tanda-tanda pemulihan pada aktivitas manufaktur dan perdagangan China, tetap disikapi hati-hati oleh sebagian analis mengingat risiko yang masih ada.

PMI Manufaktur Indonesia Maret 2024 melesat ke level 54,2 atau naik 1,5 poin dari bulan sebelumnya 52,7.

Indonesia dinilai belum pada fase deindustrialisasi sebagaimana yang dihadapi negara-negara dengan industri mapan.

Industri permesinan dan barang modal bakal mendapatkan tantangan berat jika tarif PPN naik jadi 12%.

Bisnis jasa titip disebut menjadi gerbang masuk barang ilegal untuk masuk ke Tanah Air.

Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) mengandalkan peluang pertumbuhan penjualan dari pasar domestik tahun.

Pelaku industri makanan minuman atau Mamin mengharapkan momen Ramadan menggenjot kinerja di tengah kenaikan harga bahan baku gula rafinasi.

Cukai rokok yang dikenakan pada segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) justru membuahkan pertumbuhan positif dengan bertambahnya pabrik rokok baru.

Pengusaha manufaktur menilai momentum Ramada dan Lebaran 2024 bisa mengerek kinerja, asalkan sisi logistik bisa berjalan lancar.

Harga gas murah yang dipatok US$6 per MMbtu bagian program Harga Gas Bumi Tertentu atau HGBT berhasil memulihkan kinerja industri.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membantah sektor industri di Indonesia memasuki fase deindustrialisasi.

Prospek industri alkes masih sangat menjanjikan dengan nilai pangsa pasar alkes produksi dalam negeri berkisar US$2,2 miliar per tahun.