Jelang tutup tahun, BlackRock berbalik arah dan lanjut memborong saham Antam (ANTM) di tengah prospek cerah bisnis nikelnya.

Sejumlah saham IPO terpantau mencatatkan kinerja boncos sejak pertama kali diperdagangkan di BEI. Namun, ada beberapa saham anyar yang meroket.

Walaupun sektor konsumer tahan banting, kinerjanya bisa dipengaruhi oleh depresiasi rupiah baru-baru ini.

Prospek bisnis terbarukan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. ADRO terlihat menarik dengan sejumlah proyek di energi terbarukan usai spin-off bisnis batu bara

IHSG diperkirakan menguat paling tidak ke level 7.500 pada akhir tahun ini. Analis memproyeksikan IHSG bisa makin melaju hingga tembus 8.000 pada 2025.

Sejumlah analis memperbarui target harga saham Alamtri Resources (ADRO) menjelang pembagian dividen dan spin-off Adaro Andalan usaha batu bara perseroan.

Mandiri Sekuritas memperkirakan IHSG akan menguat hingga ke level 8.150 pada 2025.

Kementerian BUMN melaporkan setoran dividen telah mencapai Rp85,5 triliun hingga November 2024.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo akan menggawangi 24 BUMN, yang di antaranya mencakup perusahaan negara di sektor konstruksi, maritim, dan agraria.

PT Timah Tbk. (TINS) melihat harga timah bisa bertengger di rentang US$29.000 per ton sampai dengan US$31.000 per ton tahun depan 2025.

Summarecon membukukan laba bersih Rp933,70 miliar per kuartal III/2024, meningkat 42,98% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Ada yang borong jumbo saham Adaro Minerals (ADMR) dalam dua kuartal terakhir.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi mendekati level Rp16.000. Saham obat-obatan atau farmasi disebut akan terkena imbas.

Penjualan nikel Daaz Bara DAAZ memang belum bersaing dengan Vale Indonesia INCO maupun Aneka Tambang ANTM. Namun lebih unggul dari NICL, DKFT, IFSH dan TINS

Dalam perkembangan lanjutan eksplorasi tambang eks-Koba Tin, PT Timah Tbk. (TINS) mengajukan izin eksplorasi untuk blok Merbuk dan Kinari, Bangka Tengah.