Arah kebijakan moneter saat ini penyeimbangan antara pro-stability dan pro-growth, untuk stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (17/10/2024), menyentuh level Rp15.557 per dolar AS.

BI dinilai mengambil langkah tepat untuk menahan suku bunga BI Rate sebesar 6%, pada masa menjelang pergantian presiden dari Jokowi ke Prabowo.

Hipmi memandang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) lebih realistis dilakukan dalam jangka menengah, bukan di akhir 2024.

Saham TLKM, BREN & UNVR paling laris di borong investor asing saat Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6% pada hari ini, Kamis (16/10/2024).

Pasar obligasi Indonesia dibayangi sentimen ketegangan geopolitik di Timur Tengah, keberlanjutan pertumbuhan ekonomi China, serta kontestasi Pemilu AS.

Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) atau Bank sentral Filipina menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6%.

Bank Indonesia memperkirakan suku bunga The Fed akan turun dua kali lagi, yakni pada November dan Desember 2024 dengan penurunan masing-masing 25 bps.

Stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian kondisi global menjadi alasan utama Bank Indonesia menahan suku bunga acuan di level 6%.

Bank sentral menahan BI Rate atau suku bunga di level 6% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Oktober 2024.

Bank Indonesia (BI) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan BI Rate dalam RDG yang berakhir hari ini, beberapa hari sebelum pelantikan Prabowo-Gibran.

Ekonom memproyeksikan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga BI Rate pada level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) besok, Rabu (16/10/2024).

Bank Sentral Singapura (MAS) menggunakan nilai tukar sebagai alat kebijakan utama moneternya dibandingkan dengan suku bunga.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (11/10/2024) ke level Rp15.655 per dolar AS.

Fenomena deflasi yang terjadi belakangan ini berisiko mengganjal manuver ekpansi emiten ritel ACES, AMRT hingga ERAA.