Ekspor batu bara dari Australia diperkirakan terus mengalami kenaikan secara volume dalam tiga tahun ke depan.

Harga batu bara dunia berada pada siklus penurunan, dengan stok melimpah di pasar utama seperti China berpeluang menjadi tekanan baru.

Pasokan batu bara untuk Eropa beralih ke Asia di tengah stabilitasi harga di pasar dunia.

Harga batu bara global, terutama yang berjenis thermal, diperkirakan berkisar di level US$200 per ton pada 2023. Sentimen dari Eropa menjadi yang mempengaruhi.

Batu bara Australia semakin deras mengalir ke China, sementara volume pengapalan dari Indonesia menurun tipis.

Kinerja ekspor subsektor produk pertambangan dan lainnya turun 7,84 persen yang disebabkan oleh menurunnya ekspor batu bara pada periode April 2023. 

Terdapat sejumlah hal yang berpeluang mengoreksi permintaan batu bara dari China terhadap Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.

Energi terbarukan seperti angin dan solar mulai unjuk gigi di tengah melandainya penggunaan dan harga batu bara.

India berniat mengurangi secara signifikan impor batu bara jenis thermal yang selama ini menjadi diproduksi oleh Indonesia.

Ekspor energi Rusia ke China, termasuk batu bara, semakin meningkat sejak invasi ke Ukraina. Akankah Rusia menggeser posisi Indonesia di China?

PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) menargetkan produksi batu bara anak usahanya PT Tamtama Perkasa sebesar 1 juta ton.

Sinyal ketergantungan yang tinggi terhadap batu bara, dikirimkan oleh China melalui pidato kenegaraan Perdana Menteri Li Keqiang pekan lalu.

Krisis energi Eropa setidaknya akan berlangsung sampai akhir tahun ini, membuka peluang tambahan cuan bagi emiten batu bara Indonesia.

Melemahnya ekspor Januari disinyalir imbas pelemahan permintaan Eropa dan Amerika Serikat. Namun, untuk pasar tujuan ekspor China dan India masih prospektif.

Perkiraan penurunan ekspor batu bara tersebut akibat kebijakan China yang telah membuka kembali keran batu bara dari Australia.