PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) melaporkan implementasi co-firing telah dilakukan pada 43 unit PLTU yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pengusaha meminta adanya kepastian harga yang menarik dalam negosiasi dengan PLN untuk jenis bahan baku biomassa untuk program co-firing PLTU.

Beleid terkait pengembangan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara sebagai bahan bahan bakar PLTU resmi terbit.

Dua pabrik berbasis biomassa dan pembangkit listrik tenaga biomassa milik Maharaksa Biru Energi (OASA) hampir selesai dibangun.

PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) menargetkan kapasitas produksi biomassa mencapai 500.000 ton dalam tiga tahun ke depan atau hingga 2026.

PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) mengucurkan investasi sebesar Rp50 miliar untuk pembangunan pabrik Biomassa di Blora, Jawa Tengah.

PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) aktif mengembangkan energi terbarukan, dengan memanfaatkan biomassa sebagai sumber utamanya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut potensi biomassa setara dengan 56,97 GW listrik yang berasal dari limbah serbuk kayu dan kelapa sawit.

PLN EPI menghitung volume permintaan biomassa hingga akhir tahun nanti bakal berada di level 573.000 ton.

Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) menilai pemanfaatan biomassa di dalam negeri masih rendah.

Medco Group menggandeng Valmet Technologies Oy untuk membangun Pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) di Merauke, Papua.

PLN EPI mencatat realisasi pasokan biomassa untuk co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada semester I/2023.

Sebelum-sebelumnya, pengiriman biomassa PLN EPI ke unit-unit PLTU hanya menggunakan moda transportasi darat.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) melalui anak usahanya, PT Indominco Mandiri (IMM), memacu pengembangan gasifikasi batu bara.

Biomassa sebagai energi inklusif dan sirkular. Pandangan itu menjadi bentuk dukungan sekaligus harapan supaya biomassa atau bioenergi dapat berkontribusi besar