Harga Bitcoin dan Ethereum terus menguat sejak awal tahun, namun napasnya diperkirakan masih terbatas dalam jangka pendek.

Harga Bitcoin naik sebesar 28 persen ke level US$21.000 sepanjang Januari 2023. Analis peringatkan ancaman bull trap atau sinyal palsu setelah reli panjang.

Analis mengatakan tren FOMO kemungkinan berperan dalam pergerakan harga Bitcoin saat ini.

Bitcoin melonjak lebih dari US$21.000 pada Sabtu (14/1/2023) di tengah optimisme melandainya inflasi AS.

Sebelum menembus US$21.000, Bitcoin belum pernah mencapai level di atas US$20.000 sejak 8 November.

Harga Bitcoin menguat ketika industri kripto masih dibayangi masalah di bursa FTX yang bangkrut dan tuntutan pidana terhadap Sam Bankman-Fried.

Kolaborasi ini merupakan salah satu upaya pemerintah dan asosiasi dalam meningkatkan literasi dan edukasi investor terhadap aset kripto.

Pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan The Fed turut memicu turunnya harga aset kripto serta saham–saham teknologi digital.

Bitcoin berulang tahun ke-14 sejak meluncur pada 3 Januari 2009, dan sempat mencapai rekor harga tertingginya pada 2021.

Bitcoin terpantau di posisi US$16.580 pada Sabtu (31/12) pukul 09.52 WIB. Sepanjang 2022, Bitcoin telah ambles 64,18 persen dari posisinya di kisaran US$46.000.

Isu resesi dan kenaikan suku bunga The Fed yang lebih tingg tentunya akan memiliki pengaruh pada pasar kripto seperti bitcoin.

Sepanjang tahun 2022 perdagngan aset kripto berada dalam tekanan. Naiknya suku bunga dan bangkrutnya bursa FTX membuat perdagangan uang digital ini lesu.

Sejumlah berita memberikan dampak negatif terhadap pergerakan aset kripto pada pekan ini. Mulai dari kenaikan suku bunga The Fed hingga potensi pencucian uang.

Pajak Kripto mulai dipungut oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani terhitung Juni 2022. Dalam perjalanannya, nilai pajak yang dipungut terus menurun.

Potensi resesi ekonomi bagi Amerika Serikat dapat menjadi faktor esensial terhadap pasar kripto dan perekonomian dunia.