Putin Kasih Paham AS & NATO, Luncurkan Rudal Hipersonik 'Oreshnik' ke Ukraina

Serangan rudal antara benua 'Oreshnik' ke Ukraina menjadi peringatan serius Putin ke negara-negara Barat.
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara saat konferensi pers setelah pertemuan puncak para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kyrgyzstan, 13 Oktober 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via REUTERS
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara saat konferensi pers setelah pertemuan puncak para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kyrgyzstan, 13 Oktober 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA -- Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) ke wilayah Dnipropetrovsk, Ukraina sebagai tanggapan atas keputusan Washington yang memberikan izin ke Kyiv untuk menggunakan rudal jarak jauh mereka menyerang wilayah Rusia. 

Penggunaan ICBM adalah yang pertama kali dilakukan Rusia sejak perang berkecamuk pada 24 Februari 2022 lalu. Dalam video yang beredar di berbagai kanal pemerhati perang Rusia-Ukraina, rudal balistik Rusia menghantam sejumlah kawasan di Ukraina.

Kedatangan rudal-rudal itu nyaris tanpa hambatan dan tidak mampu ditangkis oleh pertahanan udara Ukraina yang mayoritas disuplai oleh negara Barat.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan Barat terhadap peningkatan eskalasi di Ukraina. Dia menuturkan bahwa NATO telah terlibat langsung dalam konflik yang telah memakan korban ratusan ribu bahkan jutaan orang di kedua belah pihak. Serangan rudal tersebut juga merupakan peringatan keras Putin kepada Barat atau NATO yang sudah melampaui batas garis merah dalam konflik di Ukraina.

"Para ahli sangat menyadari, dan pihak Rusia telah berulang kali menekankan hal ini, bahwa penggunaan senjata semacam itu tidak mungkin dilakukan tanpa keterlibatan langsung para ahli militer dari negara-negara pembuat," ujar Putin dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (22/11/2024).

Putin mencatat bahwa pada tanggal 19 November, 6 rudal balistik taktis ATACMS yang diproduksi oleh Amerika Serikat, dan pada tanggal 21 November, rudal gabungan Storm Shadow Inggris serta sistem roket HIMARS yang diproduksi oleh AS, menyerang fasilitas militer Rusia di wilayah Bryansk dan Kursk.

Menurut Putin, serangan itu telah mengubah peta konflik yang semula terbatas antara Rusia dan Ukraina menjadi bersifat global. "Sistem pertahanan udara kami berhasil menangkal serangan ini, mencegah musuh mencapai tujuan mereka."

Adapun, kata Putin, kebakaran di depot amunisi di Wilayah Bryansk, yang disebabkan oleh puing-puing rudal ATACMS, dipadamkan tanpa menimbulkan korban atau kerusakan yang signifikan.

Sementara itu, di Wilayah Kursk, serangan tersebut menargetkan salah satu pos komando kelompok tentara Rusia di Utara. Putin mengakui bahwa serangan yang kedua telah mengakibatkan jatuhnya korban, baik korban jiwa maupun cedera.

"Namun, staf komando dan operasional pusat kendali tidak mengalami korban dan terus mengelola operasi pasukan kami secara efektif untuk melenyapkan dan mendorong unit musuh keluar dari Wilayah Kursk," 

Putin memperingatkan Ukraina dan sekutu Baratnya bahwa penggunaan tidak dapat memengaruhi jalannya operasi tempur di zona operasi militer khusus. Dia mengklaim pasukannya berhasil bergerak maju di sepanjang garis depan.

Adapun sebagai tanggapan atas pengerahan senjata jarak jauh Amerika dan Inggris, pada tanggal 21 November, Rusia melancarkan serangan gabungan terhadap sebuah fasilitas di dalam kompleks industri pertahanan Ukraina.

Di lapangan, Rusia juga melakukan uji coba salah satu sistem rudal jarak menengah terbaru Rusia – dalam hal ini, rudal balistik hipersonik non-nuklir yang disebut Oreshnik. Uji coba tersebut berhasil dan mencapai tujuan peluncuran yang diinginkan.

Di kota Dnepropetrovsk, Ukraina, salah satu kompleks industri terbesar dan ternama dari era Uni Soviet, yang terus memproduksi rudal dan persenjataan lainnya, terkena serangan.

"Kami tengah mengembangkan rudal jarak menengah dan jarak pendek sebagai tanggapan atas rencana AS untuk memproduksi dan mengerahkan rudal jarak menengah dan jarak pendek di Eropa dan kawasan Asia-Pasifik."

"Kami yakin bahwa Amerika Serikat telah melakukan kesalahan dengan secara sepihak menghancurkan Perjanjian INF pada tahun 2019 dengan dalih yang tidak masuk akal. Saat ini, Amerika Serikat tidak hanya memproduksi peralatan tersebut, tetapi, seperti yang dapat kita lihat, telah menemukan cara untuk menyebarkan sistem rudal canggihnya ke berbagai wilayah di dunia, termasuk Eropa, selama latihan militer bagi pasukannya."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Plus logo

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro