Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengatakan peluang Indonesia untuk menjadi negara maju dalam kurun 13 tahun, sesuai pernyataan Presiden Joko Widodo alias Jokowi, dinilai mustahil terwujud.
Dia mengungkapkan bahwa definisi negara maju tidak bisa diartikan hanya dengan mengukur pendapatan negara. Menurutnya, negara maju adalah negara yang memiliki kualitas hidup dan angka harapan hidup yang tinggi, tidak ada kemiskinan, dan ketimpangan antarpenduduk rendah.
“Mungkin yang Pak Jokowi maksud bukan negara maju, karena hampir mustahil. Untuk jadi negara maju butuh 50 tahun dan segala macam itu,” ujarnya saat ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Senin (5/6/2023).
Faisal menuturkan jika indikator negara maju adalah berpenghasilan tinggi, maka hal tersebut juga akan sulit diraih Indonesia. Musababnya, untuk mencapai hal itu, dia menyatakan pertumbuhan ekonomi setidaknya harus mencapai 6 persen per tahun.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama masa kepemimpinan Jokowi tidak pernah mencapai 6 persen. Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 – 2018 membentang dari 4,88 persen hingga 5,17 persen, sementara 2019-2022 di angka 5,02 persen hingga 5,31 persen.
“Era Pak Jokowi tidak pernah sekalipun [pertumbuhan ekonomi] 6 persen, apalagi 7 persen. kalau 7 persen mulai tahun depan kan hampir mustahil, jadi dari mana,” pungkasnya.
Baca Juga
Faisal berpendapat bahwa di periode terakhir kepemimpinannya, Jokowi sebaiknya tidak memperburuk kondisi saat ini. Salah satunya dengan tidak merusak lingkungan, seperti pembukaan keran ekspor pasir laut yang kembali ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi menyampaikan Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi negara maju jika dapat memanfaatkan momentum 13 tahun ke depan.
Kepala Negara menjelaskan ada beberapa kesempatan yang dimiliki oleh Indonesia dalam rentang waktu 13 tahun tersebut, di antaranya bonus demografi, pergeseran geopolitik yang tak berdampak bagi Tanah Air, dan ekosistem kendaraan listrik yang didukung kekayaan mineral.
“Peluang ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kesempatan kita 13 tahun ke depan, apakah bisa melompat atau tidak,” ujarnya kepada pemimpin redaksi sejumlah media massa dan content creator di Istana Negara, Senin (29/5/2023) sore.
Jokowi menyebut kesempatan itu terbagi ke dalam tiga periode, yakni 2024, 2029, dan 2034. Oleh karena itu, pemimpin negara yang menjabat selama periode tersebut bakal sangat menentukan lompatan Indonesia ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :
indef Jokowi penghasilan Pertumbuhan Ekonomi faisal basri