Bisnis.com, JAKARTA – Bagi umat muslim istilah Hadis dan Sunah tentu sudah tidak asing didengar. Bahkan, Hadis dan Sunah memiliki posisi krusial dalam islam, yakni sebagai sumber hukum kedua setelah kitab suci Al-Qur’an.
Dalam perkembangannya, masyarakat kerap menangkap istilah Sunnah sebagai sinonim dari istilah hadis. Namun, jika dirunut dari perspektif sejarah Hadis dan Sunnah sejatinya adalah dua konsep yang berbeda.
Sunnah secara bahasa diartikan sebagai jalan atau kebiasaan yang baik maupun jelek. Sedangkan Hadis secara Bahasa berasal dari kata Jadid yang artinya baru dan kabar atau berita (al-khabar). Secara lebih kompleks beberapa alim ulama memang memiliki perbedaan dalam menafsirkan hadis.
Beberapa ulama hadis memandang bahwa Hadis adalah segala sesuatu yang melekat pada nabi Muhammad, baik itu perkataan, perbuatan, bahkan sifat Nabi Saw. Sedangkan beberapa alim Ulama lain berpandangan bahwa hadis adalah segala perkataan, perbuatan dan Taqrir Nabi Muhammad yang berkenaan dengan hukum syara’ dan berbagai ketetapannya.
Mengutip buah pikir salah seorang pemikir islam, Fazlur Rahman secara singkat mengartikan bahwa Sunnah adalah tradisi praktis Nabi Muhammad Saw sedangkan Hadis adalah tradisi verbal Nabi Muhammad Saw.
Dari pemikiran Fazlur Rahman ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Sunnah adalah sebuah jalan hidup Nabi Saw yang ideal. Keidealan hidup itu kemudian diteladani oleh para generasi awal dan mereka mencoba menafsirkan teladan tersebut kedalam sebuah prilaku baru sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada di tengah-tengah mereka.
Sebagai contoh, kita tentu tidak asing dengan salah satu sunnah Nabi Saw yang mengatakan bahwa makan dengan menggunakan tiga jari adalah sunnah. Namun, jika kita implementasikan dan leburkan ke dalam kebiasaan berperilaku yang ada di Indonesia, sunnah tersebut nampak agak sedikit sulit diimplementasikan. Mengingat nasi adalah makanan pokok masyarakat Indonesia, dengan ukurannya yang kecil akan sulit jika harus diambil dengan menggunakan 3 jari saja.
Berbeda halnya dengan bahan makanan pokok yang mahsyur ada pada zaman nabi yakni gandum, yang biasanya diolah menjadi berbagai makanan seperti roti. Tekstur roti yang padat akan lebih mudah jika harus memakannya dengan menggunakan tiga jari.
Sementara hadis umumnya tak hanya membahas soal hal-hal yang berkaitan dengan Nabi Saw saja, melainkan juga beberapa hal yang berkaitan dengan perilaku beberapa sahabat Nabi. Sehingga dapat diartikan bahwa Hadis sendiri adalah media yang digunakan para alim ulama untuk meriwayatkan dan mencatat sunnah baginda Nabi Saw.
Dari sini dapat artikan bahwa Sunnah dan Hadis pada akhirnya memiliki beberapa perbedaan, tetapi terdapat pula persamaan yang ada sangat jelas tidak bisa di nafikkan. Persamaan dari keduanya adalah, baik hadis maupun sunnah sumbernya sama-sama datang dari Nabi Muhammad Saw.
Sedangkan perbedaanya adalah hadis adalah sebuah berita atau informasi yang bersumber dari Nabi Muhammad, sedangkan As-Sunnah adalah segala sesuatu yang meriwayatkan perbuatan serta teladan yang biasa dilakukan oleh baginda nabi besar Muhammad Saw.