Penurunan cadangan minyak & gas (migas) yang cukup signifikan di Indonesia pada dekade terakhir disebabkan karena belum adanya penemuan cadangan migas baru yang cukup besar yang dapat menggantikan migas yang telah diproduksi.
Kondisi seperti ini menjadi keprihatinan bagi pemerintah terkait dengan program ketahanan energi nasional dalam upaya ketersediaan energi untuk mendukung kegiatan pembangunan yang berkelanjutan.
Selama ini kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas lebih terkonsentrasi di Kawasan Barat Indonesia (234 Wilayah Kerja berbanding 85 Wilayah Kerja di Kawasan Timur Indonesia), padahal potensi migas di Kawasan Timur Indonesia (KTI) juga tidak kalah besarnya, terutama untuk cadangan gas seperti yang terdapat di Lapangan Tangguh (Cekungan Bintuni) dan Blok Masela (Cekungan Palung Aru).
Sejalan dengan adanya kebijakan pengalihan BBM ke BBG oleh pemerintah, KTI diperkirakan banyak menyimpan cadangan gas seperti pada reservoir umur Jura.
Adanya keterbatasan infrastruktur, ketersediaan data serta kondisi geologis di Kawasan Timur Indonesia, dalam hal ini Puslitbang Teknologi Migas “LEMIGAS” Balitbang ESDM dan stakeholders lainnya ikut berperan aktif dalam memecahkan permasalahan ini.
Kegiatan ekplorasi migas di Kawasan Indonesia Timur sudah dimulai dari akhir abad 18, mulai dari ditemukan Lapangan Beling (1897), Lapangan Bula/Cekungan Seram (1918), Lapangan Klamono/Cekungan Salawati (1939) dan Lapangan Mogoi/Cekungan Bintuni (1941) dan berlanjut sampai sekarang dengan cekungan yang lainnya (LEMIGAS, 1985).
Seiring berjalannya waktu kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih terkonsentrasi pada lima cekungan yaitu Salawati, Bintuni, Seram, Banggai dan Bone. Melihat banyaknya penemuan cekungan di KTI yang belum dieksploitasi dan guna meningkatkan cadangan migas nasional, maka percepatan eksplorasi migas di KTI mutlak harus dilakukan (39 cekungan ditambah cekungan passive continental margin).
Kemitraan Strategis
Demi tercapainya kegiatan Eksplorasi Kawasan Timur Indonesia yang diusulkan oleh Puslitbang Teknologi Migas “LEMIGAS” Badan Litbang ESDM akan dilakukan dalam bentuk Kemitraan Strategis antara Badan Litbang ESDM dengan BUMN Migas yang didukung oleh Direktorat Jenderal Migas, SKK Migas, dan Pusat Data dan Informasi KESDM serta akademisi dan praktisi bidang migas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain penentuan lokasi penelitian melalui Focus Group Discussion (FGD), akusisi dan processing data bawah permukaan (seismik, graviti dan magnetik), dan pemboran eksplorasi (Gambar 1) dengan tujuan utama penambahan cadangan migas baru.
Rangkaian kegiatan eksplorasi ini akan dibuka dengan FGD (2013) untuk seleksi lokasi penelitian dan dilakukan secara bertahap sampai dengan tahun 2019. Diharapkan pada tahun 2019 dapat ditemukan cadangan migas yang baru (discovery) guna memenuhi kebutuhan energi serta dapat menjadi benchmarking untuk percepatan upaya eksplorasi migas Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News