Saat ini, hampir tidak ada barang bawaan atau belanjaan yang tidak menggunakan kantong plastik. Tidak hanya di pasar tradisional, bahkan supermarket pun membungkus belanja konsumennya dengan plastik.
Tidak dapat dipungkiri, kantong plastik memudahkan siapapun untuk membawa barang. Namun, dibalik itu, kantong plastik mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Kantong plastik terbuat dari polyethene (PE), suatu bahan thermoplastik yang lebih dari 60 juta ton bahan ini diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, terutama untuk menjadi kantong plastik.
Kantong plastik tergolong barang sekali pakai (single-use plastic shopping bags), sehingga penggunaanya hanya sebatas wadah sementara yang akan menjadi sampah.
Jenis barang yang satu ini tidak dapat terurai dalam waktu singkat dan membutuhkan jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun agar dapat terurai dengan sempurna.
Selain berbahaya, kantong plastik juga mengandung racun yang bersifat karsinogenik yang jika terkena api dan terpapar cuaca terus menerus akan menyebabkan kanker dalam jangka panjang.
Tidak banyak yang menganggap masalah ini sebagai hal serius. Untunglah dalam beberapa waktu terakhir ini, beberapa komunitas yang peduli dengan keberlangsungan lingkungan hidup bermunculan.
Komunitas Greeneration Indonesia yang diprakarsai oleh Bijaksana Junerosano atau yang lebih dikenal dengan nama Sano, adalah salah satunya yang memiliki kepedulian pada kantong plastik.
Pria berlatar belakang pendidikan teknik lingkungan ini sebelum lulus pada 24 Juni 2005, mendirikan komunitas tersebut.
Komunitas ini berfungsi sebagai wadah berkarya dan berkespresi bagi mereka yang aktif membuat program lingkungan green attitude green environment.
Setelah tiga tahun berjalan, komunitas itu akhirnya mempunyai sumber daya manusia dari berbagai keilmuan dengan fokus membahas bahaya dan dampak yang timbul dari penggunaan kantong plastik secara berlebihan.
“Kondisi lingkungan saat ini mengkhawatirkan karena berpotensi menimbulkan banjir, kekeringan berkepanjangan, hawa panas menyengat, energi makin mahal, air bersih makin sulit dan sungai penuh sampah,” kata Sano, baru-baru ini.
Potensi bencana itu, lanjutnya, disebabkan oleh ketidakseimbangan antara energi kehidupan manusia dan alam, sehingga setiap manusia harus bertanya kepada diri sendiri tentang kondisi lingkungannya.
Pada 31 Oktober 2010 hingga November 2011, Greeneration Indonesia mengampanyekan program yang diberi nama Diet Kantong Plastik.
Kampanye tersebut digelar di enam kota besar di Tanah Air yaitu Aceh, Bandung, Jakarta, Solo, Tangerang dan Gresik dengan sosialisasi melalui media sosial.
Dampaknya, hingga tahun ini, kampanye Diet Kantong Plastik mendapat dukungan dari para pemangku kepentingan yang berkoalisi dengan beberapa organisasi internasional.
Program tersebut pada akhirnya mendorong terbentuknya sebuah organisasi baru yang diberi nama Gerakan Indonesia Diet kantong Plastik pada awal 2013.
Organisasi ini diisi oleh beberapa lembaga yang mengusung kampanye pengurangan penggunaan kantong plastik. Tujuan besarnya sama, yakni terbentuknya working group skala nasional.
Saat ini, Greeneration Indonesia menggalakkan kampanye Diet Kantong Plastik ke berbagai lini, mulai dari pemerintah, media, para pelaku ritel, hingga komunitas.
Sano menuturkan beberapa kegiatan yang diselenggarakan diantaranya berupa HeadbagMob, yakni aksi sekelompok massa yang mengenakan tas pakai ulang di kepala sebagai simbol untuk mengingatkan masyarakat agar membawa reusable bag ketika berbelanja.
Kegiatan lainnya adalah Aksi Bebersih Operasi Plastik di Ciliwung dan membersihkan sampah plastik di sungai dan laut, serta Rampok Plastik, yakni gerakan untuk menyadarkan masyarakat secara shock therapy dengan cara mengambil kantong plastik yang ditukar dengan tas plastik daur ulang.
Selain itu, kegiatan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik adalah pay4plastic, yakni dorongan kepada pemerintah, pelaku ritel, dan masyarakat agar plastik tidak diberikan secara gratis.
Kampanye Plastikdetox, yakni sebuah ajakan kepada para pelaku usaha ritel untuk berpuasa tidak menyediakan kantong plastik sama sekali, juga dilakukan.
Untuk mempertahankan komunitasnya, Greeneration Indonesia mulai 2008 menjadikan komunitas ini bukan hanya sebagai wadah menumbuh kembangkan kepedulian terhadap pengurangan konsumsi kantong plastik.
Namun, juga sebagai arena bisnis dengan membentuk kemandirian ekonomi bagi kaum muda berupa wirausaha sosial yang diberi nama BaGoes.
“BaGoes dari kata bag dan goes yang bermakna tas yang dapat dibawa kemanapun ditujukan sebagai solusi untuk mengurangi penggunaan kantong plastik yang berlebihan,” papar Sano.
BaGoes yang memiliki desain yang compact, handy, dan sederhana dapat dimiliki dengan harga jual dari minimal Rp50.000 sampai dengan Rp200.000.
Saat ini, laba dari usaha yang dirintisnya itu sekitar 7% didonasikan untuk program lingkungan Greeneration Indonesia, khususnya kampanye Diet Kantong Plastik. Tujuan dari programprogram tersebut jelas yaitu mengajak masyarakat untuk bijak mengonsumsi kantong plastik dengan mengurangi penggunaannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News